Bisnis.com, MATARAM— PT Pertamina Hulu Energi (PHE) terus gencar melakukan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat Indonesia.
Adapun, kebutuhan energi nasional diproyeksikan mencapai 500 million tonne of oil equivalent (mtoe) pada 2030 yang dipenuhi dari minyak 25%, gas 22%, batu bara 30%, dan energi terbarukan 23%. Permintaan energi tersebut akan meningkat menjadi 1.000 mtoe pada 2050 dan kontribusi minyak masih pada kisaran 20% dan gas 24%.
“‘Pada 2022, kebutuhan realisasi energi nasional 240 juta oil equivalent [MTOE]. Pada 2050, kebutuhan naiknya 1.000,” kata Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng dalam Media Gathering PHE di Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa (6/2/2024).
Oleh sebab itu, Muharram melihat bahwa tidak ada cara lain yang harus dilakukan selain melakukan eksplorasi migas. Muharram mengatakan, ada dua strategi yang diterapkan untuk mencukupi kebutuhan energi.
Pertama, eksplorasi di existing area, di mana PHE melakukan eksplorasi di daerah lama yang sudah pernah dieksplorasi dan memiliki infrastruktur.
“Mungkin orang lain tidak berpikir lagi ada gas di situ karena sudah lama dieksplorasi, tetapi saya memiliki strategi bekerja di tempat lama dengan cara berpikir baru dan teknologi baru, karena dengan teknologi baru kita melihat apa yang belum terlihat,” paparnya.
Baca Juga
Bahkan, kata Muharram, baru-baru ini perseroan menemukan temuan sumber minyak baru di dua tempat, yakni di Bekasi dan Indramayu.
Strategi kedua adalah masuk ke daerah baru di mana pihaknya bisa mencari temuan raksasa atau big fish.
“Dengan cara begitu akan kita bisa mendapatkan kemampuan untuk mempertahankan ketahanan [energi]. Persoalannya begini, mau enggak mau konsumsi tetap ada,” ungkapnya.
Muharram mengatakan, apabila strategi tersebut tidak dilakukan, Indonesia tidak akan mampu untuk menghasilkan energi sendiri. Taruhannya Indonesia harus bergantung dengan negara lain untuk mencukupi kebutuhan energinya.
“Jadi nanti tantangannya bukan kondisi pasar, bahkan bisa menghadapi geopolitik seperti Eropa saat ini yang tidak bisa mendapatkan gas dari Rusia. Pilihannya harus membeli minyak lagi dari Arab,” tuturnya.
Terakhir, Muharram menyebut bahwa persoalan minyak dan gas bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi juga ketahanan suatu bangsa.
“Katakan nanti kita punya banyak uang, tapi harus membeli dan mereka punya sejumlah aturan. Maka kita bukan bangsa yang independen, bangsa yang harus diatur,” katanya.