Bisnis.com, JAKARTA — Investasi Rosneft Singapore Pte Ltd, afiliasi perusahaan migas Rosneft asal Rusia, dalam proyek strategis nasional Grass Root Refinery Tuban, Jawa Timur masih tersendat karena terimbas memanasnya situasi geopolitik akibat perang di Ukraina.
Berdasarkan bahan paparan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia terkait Kinerja Investasi Tahun 2023, nama Rosneft masuk dalam daftar perusahaan yang diklaim telah berhasil difasilitasi permasalahan investasinya dengan potensi investasi Rp211,9 triliun.
Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Yuliot Tanjung menjelaskan, fasilitasi terhadap Rosneft yang berhasil dilakukan oleh BKPM tersebut adalah terkait permasalahan pembebasan lahan untuk pembangunan proyek Kilang Tuban. Namun, dia mengakui bahwa investasi Rosneft saat ini masih terhambat karena embargo negara-negara Barat akibat konflik Rusia dan Ukraina.
"Belum ada update perkembangan semenjak Rusia dan perusahaan asal Rusia tidak bisa transfer dana," ujar Yuliot ketika dikonfirmasi Bisnis, dikutip Rabu (31/1/2024).
Rusia diketahui kesulitan untuk melanjutkan investasinya lantaran terganjal sanksi dari negara-negara Barat yang diterapkan pascainvasi Rusia terhadap Ukraina sejak awal 2022 lalu. Sanksi terhadap Rosneft itu menyasar pada akses pendanaan, teknologi, hingga jasa kontruksi kilang.
Atas situasi itu, wacana mencari mitra baru untuk mengganti posisi Rosneft pun mengemuka. Namun, hal tersebut belum diputuskan seiring masih dilakukannya diskusi antara PT Pertamina (Persero) dan Rosneft untuk menentukan nasib kelanjutan proyek strategis nasional yang diperkirakan akan menelan investasi senilai US$13,5 miliar.
Baca Juga
Ketua Komite Percepetan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Kemenko Perekonomian Wahyu Utomo menyebut,
Pertamina masih mencari mitra strategis atau strategic partner untuk mendukung megaproyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban.
“Pertamina masih mencari strategic partner untuk mendukung proyek GRR Tuban, baik untuk teknologi maupun pembiayaan,” kata Ketua Komite Percepetan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Kemenko Perekonomian Wahyu Utomo saat dikonfirmasi, Senin (29/1/2024).
Selepas mitra baru didapat, kata Wahyu, Pertamina mengharapkan adanya intervensi pemerintah, baik fiskal maupun nonfiskal, untuk pengerjaan kilang yang ikut menjadi proyek strategis nasional tersebut.
“Karena nilai proyek yang besar, sementara ekuitas Pertamina juga terbatas,” kata dia.
Adapun, Kementerian ESDM memberikan tenggat keputusan investasi akhir GRR Tuban hingga tahun ini. Sebelumnya, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, sanksi negara Barat beberapa waktu terakhir tidak langsung mengenai Rosneft. Dengan demikian, menurutnya, proyek itu masih dapat dilanjutkan untuk menentukan keputusan akhir investasi pengerjaan kilang baru tersebut.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif juga sempat meminta kejelasan ihwal investasi Rosneft kepada Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva pada tahun lalu.
“Saya bicara dengan Dubes Rusia untuk komunikasi, Rosneft itu mampu nggak? Masih bisa nggak? kalau enggak kita cari penggantinya begitu,” kata Arifin di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Sementara itu, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menargetkan keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID) GRR Tuban pada Maret 2024.
Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, perseroan tengah menyiapkan tender 8 paket engineering, procurement, and construction (EPC) utama berkaitan dengan konsep EPC-financing.
Selain itu, kata Taufik, perseroan turut mengerjakan persetujuan untuk finansial advisor (FA) kepada shareholder, termasuk dengan Rosneft.
“Insyallah Maret 2024 FID bisa kita dapatkan,” kata Taufik saat RDP dengan Komisi VII di DPR, Jakarta, Selasa (21/11/2023).
Nantinya, hasil FID itu bakal menjadi penentuan dari nasib salah satu proyek strategis nasional ini. Adapun, GRR Tuban bakal memproduksi 300.000 barel minyak per hari (bph) dengan kualitas produk EURO 5.