Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan rekanan bisnis PT Pertamina (Persero), Rosneft Singapore Pte Ltd, masih menyelesaikan keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID) untuk proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji masih memberi tambahan waktu hingga tahun depan setelah tenggat FID proyek pengerjaan kilang baru itu beberapa kali mengalami kemunduran.
“EPC [Engineering Procurement Construction], FID tetap jalan, sampai sekarang Rusia tetap ada di situ,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (16/10/2023).
Tutuka mengatakan kementeriannya telah meminta Pertamina bersama dengan Rosneft untuk mempercepat pengerjaan FID tersebut. Dia berharap FID itu dapat mengakselerasi pengerjaan salah satu proyek strategis nasional (PSN) tersebut senilai US$13,5 miliar setara dengan Rp205,05 triliun.
Belakangan perusahaan Rusia itu mendapat sanksi dari negara-negara Barat menyusul invasi terhadap Ukraina sejak awal 2022. Sanksi terhadap Rosneft itu menyasar pada akses pendanaan, teknologi hingga jasa kontruksi kilang.
Hanya saja, Tutuka mengatakan, sanksi itu beberapa waktu terakhir tidak langsung mengenai Rosneft. Dengan demikian, dia mengatakan, proyek itu masih dapat dilanjutkan untuk menentukan keputusan akhir investasi pengerjaan kilang baru tersebut.
Baca Juga
“Mereka masih ada waktu, jadi mereka itu bukan yang langsung kena sanksi begitu ternyata, [FID] masih bisa diputuskan,” kata dia.
Adapun, Kementerian ESDM awalnya menagih kepastian investasi itu dapat dibuat pada Juni tahun ini setelah beberapa kali pengunduran.
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengajukan opsi penambahan mitra kerja strategis baru untuk percepatan proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban kepada rekanan bisnis mereka, Rosneft Singapore Pte Ltd.
Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, pengajuan mitra baru itu dilakukan seiring dengan dampak sanksi Negara Barat yang mulai terasa untuk penyelesaian FID salah satu PSN tersebut.
“Kami sudah sampaikan ke pihak mereka, apakah kami harus ambil partner lain untuk balance, sudah kami komunikasikan. Kami kan mesti kasih tahu juga ke pihak Rosfneft bahwa karena konflik Ukraina ada implikasi itu,” kata Taufik saat ditemui di sela-sela agenda IPA Convex, BSD Tangerang, Kamis (27/7/2023).
Dia menuturkan, pengajuan itu sudah disampaikan direksi KPI kepada Rosneft pada April 2023 lewat video conference. Taufik berpendapat penambahan mitra baru mesti dilakukan untuk mengimbangi sanksi yang saat ini diterima Rosneft.
Taufik mengatakan, FID GRR Tuban ditarget rampung pada kuartal I/2024. Dia menegaskan diskusi lebih lanjut soal FID untuk rencana eksekusi proyek masih tetap berlanjut bersama dengan Rosneft di tengah risiko sanksi saat ini.
“Kami sekarang masih tahap prakualifikasi lelang untuk mendapatkan harga dari pasar seperti apa untuk engineering, procurement and construction [EPC]-nya ya, kan itu ada delapan paket,” kata dia.
Adapun, kilang ini bakal memproduksi 300.000 barel minyak per hari (bph) dengan kualitas produk EURO 5.
“Belum ada keputusan hitam putih, mereka [Rosfneft] masih punya waktu sampai joint venture, targetnya di FID,” kata dia.
Sementara itu, proyek pengembangan kilang dipastikan tertunda dari rencana operasi yang awalnya dipatok pada 2027. Selain dampak geopolitik global, tertundanya pengerjaan kilang itu juga disebabkan karena minimnya fasilitas penunjang sekitar proyek yang membuat investasi cenderung tidak menarik untuk dikembangkan.