Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengaku bahwa nasib investor Rusia di proyek pengembangan Kilang New Grass Root Refinery and Petrochemical (NGRR) Tuban tengah dievaluasi oleh pemerintah.
Menurutnya, konflik Rusia—Ukraina yang masih panas hingga saat ini membuat peruntungan perusahaan Negara Beruang Merah itu, yakni Rosneft makin tak jelas untuk menyuntikkan investasi ke Tanah Air.
Bahlil menyebut apabila peluang investasi sulit untuk dilakukan, maka saat ini pemerintah tengah mencari jalan keluar agar proyek NGRR Tuban berjalan.
"Kemarin memang kita salah satu materi untuk dilakukan evaluasi, karena Rusia kan perang sama Ukraina, Pertamina diminta untuk melakukan penataan dan evaluasi. Kalau memang memungkinkan, dilanjutkan. Kalau tidak, harus ada solusi," ujarnya kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/10/2023).
Lebih lanjut, Bahlil pun mengatakan bahwa pemerintah tak menutup kemungkinan terkait dengan wacana mencari mitra investor baru di luar perusahaan Rusia. Namun, sampai saat ini tak ada keputusan yang bulat mengenai peluang tersebut tersebut.
Sekadar informasi, Setelah menandatangani Joint Venture Agreement (JVA) PT Pertamina (Persero) dan Rosneft langsung menyerahkan deposit US$200 juta sebagai bentuk keseriusan pelaksanaan proyek New Grass Root Refinery (NGRR) Tuban.
Baca Juga
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Rachmad Hardadi mengatakan Pertamina dan Rosneft terus bekerja cepat untuk merealisasikan megaproyek NGRR Tuban, di Jawa Timur. Secara kilas balik dia menggambarkan bagaimana Pertamina dan Rosneft melakukan finalisasi kesepakatan JVA hingga 28 jam non stop.