Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia meminta Pertamina untuk mengevaluasi rencana investasi yang dilakukan Rosneft Singapore Pte Ltd yang saat ini tengah mandek.
Dia menuturkan, evaluasi tersebut harus dilakukan agar proyek yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) dapat terus berjalan.
“Kemarin memang kita salah satu materi untuk dilakukan evaluasi, karena Rusia kan perang sama Ukraina, Pertamina diminta untuk lakukan penataan dan evaluasi,” kata Bahlil di Istana Negara, Selasa (10/10/2023).
Nantinya, jika hasilnya tidak dapat diteruskan, dirinya meminta Pertamina untuk mencari solusi untuk mengerjakan kilang yang merupakan proyek strategis nasional (PSN) ini.
Namun, Bahlil belum dapat memastikan rumor hengkangnya Rosneft. Dia menyebut belum ada keputusan dari pihak Pertamina untuk mengganti Rosneft di Kilang Tuban.
“Belum ada [keputusan ganti Rosneft],” ujarnya.
Baca Juga
Di lain pihak, Pertamina melalui anak usahanya PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) buka suara terkait kabar hengkangnya Rosneft Singapore Pte Ltd dalam proyek grass root refinery (GRR) Tuban.
Sekretaris Perusahaan KPI, Hermansyah Y. Nasroen mengatakan bahwa sampai dengan saat ini pelaksanaan proyek Kilang Tuban masih dilakukan bersama mitra Rusia, Rosneft.
"Melalui anak usaha, PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia sampai saat ini masih bersama Rosneft untuk pelaksanaan proyek pembangunan kilang Grass Root Refinery GRR Tuban," kata Hermansyah saat dihubungi Bisnis, Selasa (10/10/2023).
Hermansyah menyebutkan, saat ini GRR Tuban masih dalam progres penyiapan dokumen final investment decision untuk proyek ini.
Tidak hanya itu, secara paralel juga pihaknya sedang dalam proses persiapan pemilihan pelaksana pekerjaan EPC GRR Tuban untuk mendukung fase konstruksi.
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan batas waktu keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID) proyek strategis nasional (PSN) grass root refinery (GRR) Tuban hingga tahun depan.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan kementeriannya masih memberi tambahan waktu hingga tahun depan setelah tenggat FID proyek pengerjaan kilang baru itu beberapa kali mengalami kemunduran.
“Masih ada waktu sampai tahun depan,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (15/9/2023).
Proyek kilang senilai US$13,5 miliar setara dengan Rp205,05 triliun itu dikerjakan PT Pertamina (Persero) bersama dengan mitra Rusia mereka, Rosneft Singapore Pte Ltd.
Belakangan perusahaan Rusia itu mendapat sanksi dari negara-negara barat menyusul invasi terhadap Ukraina sejak awal 2022 lalu. Sanksi terhadap Rosneft itu menyasar pada akses pendanaan, teknologi hingga jasa kontruksi kilang.
Hanya saja, Tutuka mengatakan, sanksi itu beberapa waktu terakhir tidak langsung mengenai Rosneft. Dengan demikian, dia mengatakan, proyek itu masih dapat dilanjutkan untuk menentukan keputusan akhir investasi pengerjaan kilang baru tersebut.
“Mereka masih ada waktu, jadi mereka itu bukan yang langsung kena sanksi begitu ternyata, [FID] masih bisa diputuskan,” kata dia.