Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Menteri Keuangan (2013-2014) Chatib Basri meyakini baik Amerika Serikat (AS) dan China akan jauh dari resesi pada 2024.
Chatib melihat kecil kemungkinan bagi AS untuk masuk ke resesi, justru ekonomi Negeri Paman Sam tersebut akan terus tumbuh.
“Pertumbuhan akan lebih baik di AS, saya setuju dengan itu, probabilitas resesi kecil di AS,” ungkapnya usai acara IIF’s Anniversary Dialogue di Hotel St. Regis, Senin (29/1/2024).
Berbanding terbalik dengan AS, China diramal bakal mengalami perlambatan ekonomi, namun tidak sampai ke ranah resesi alias tumbuh negatif.
“China akan ada slowdown, tetapi enggak ada resesi. China enggak akan tumbuh negatif, tahun ini mungkin dia bisa tumbuh 4,5%,” papar Chatib.
Sebagaimana Bank Dunia ramalkan, pertumbuhan ekonomi di negara berkembang, termasuk China, akan melambat pada 2024. Estimasi ekonomi China pada 2023 mampu tumbuh 5,2%, sementara proyeksi 2024 akan melambat ke angka 4,5%.
Baca Juga
Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh konsumsi domestik yang diperkirakan akan tertahan, sementara krisis di sektor properti akan menghambat peningkatan investasi.
Bahkan, menurut Bank Dunia, tren perlambatan di China akan terus berlanjut hingga 2025 menuju level 4,3%. Utamanya dipengaruhi oleh investasi yang terhambat akibat peningkatan utang, hambatan demografis, serta menyempitnya peluang dalam mengejar ketertinggalan produktivitas.
Sementara untuk AS, menjelang akhir tahun lalu, ekonom dari Deutsche Bank melihat adanya potensi resesi ringan di AS pada paruh pertama 2024.
Nyatanya, pada akhir pekan lalu pemerintah AS mengumumkan perkiraan awal ekonominya mampu tumbuh sebesar 3,3% per kuartal IV/2023. Capaian tersebut melampaui perkiraan karena inflasi yang mendorong belanja konsumen sehingga mengecilkan potensi resesi.