Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi inti Singapura meningkat secara tidak terduga pada Desember tahun lalu. Namun, Negeri Singa tersebut tetap mempertahankan proyeksi pada tahun ini, memberi tanda bahwa inflasi masih dapat dikelola.
Departemen Statistik Singapura pada Selasa (23/1/2024) melaporkan bahwa Inflasi inti yang tidak termasuk biaya perumahan dan transportasi pribadi meningkat menjadi 3,3% pada Desember 2023 (year-on-year/yoy).
Sementara itu, angka inflasi utama Singapura mencapai 3,7% pada Desember 2023, lebih tinggi dari perkiraan median sebesar 3,5% dan dibandingkan dengan 3,6% pada November 2023.
Inflasi tersebut melampaui proyeksi analis dalam survei Bloomberg, dengan median perkiraan sebesar 3% dan 3,2% pada November 2023, dan juga lebih tinggi dibandingkan perkiraan Kementerian Perdagangan dan Perindustrian (MTI) pada Desember 2023, dengan inflasi inti berada di kisaran atas 2,5%-3% pada akhir tahun.
“Kenaikan ini terutama disebabkan oleh inflasi jasa yang lebih tinggi,” menurut pernyataan bersama Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan MTI, mencatat bahwa biaya liburan, tarif bus dan kereta api meningkat lebih cepat pada bulan lalu, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (23/1).
Kemudian, meskipun keduanya menegaskan inflasi inti akan menghadapi beberapa volatilitas hingga awal 2024 karena naiknya harga listrik, gas dan kenaikan pajak barang dan jasa, menurutnya, selama sisa tahun ini inflasi akan melanjutkan tren moderat secara bertahap karena menurunya tekanan biaya impor dan pelonggaran dalam pasar tenaga kerja dalam negeri.
Baca Juga
Selain itu, bank sentral dan MTI tetap mempertahankan proyeksi inflasi inti pada 2024 dengan rata-rata sebesar 2,5%-3,5%. Jika mengesampingkan dampak sementara dari kenaikan pajak barang dan jasa (GST), diperkirakan indikator ini berada di kisaran yang lebih rendah yakni 1,5%-2,5%.
MAS, yang menggunakan nilai tukar sebagai alat utamanya, tetap mempertahankan sikap kebijakannya yang tidak berubah pada dua tinjauan tahun lalu, setelah melakukan pengetatan sebanyak lima kali antara Oktober 2021 dan 2022. Pada tahun ini, MAS akan memulai tinjauan triwulanan terhadap kebijakan moneter.
Meskipun menjaga nilai tukar efektif nominal dolar singapura pada jalur apresiasi telah membantu mengimbangi inflasi impor, bank sentral masih perlu menyeimbangkan tujuan stabilitas harga dengan pertumbuhan ekonomi.
Ekonomi Singapura telah terhindar dari resesi pada tahun lalu dan tumbuh lebih cepat dari perkiraan sebesar 1,2%.
Kisaran perkiraan pada tahun ini untuk ukuran yang lebih luas, yakni yang pada saat ini ditetapkan pada 3%-4% akan diperbarui dalam pernyataan kebijakan moneter MAS pada Januari 2024.