Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konflik Laut Merah, Pengusaha Pelayaran Nasional Tak Kena Dampak

INSA menyebut pengusaha pelayaran nasional tidak terkena dampak dari konflik Laut Merah yang membuat biaya logistik melonjak.
Ilustrasi kapal mengangkut kontainer untuk diekspor ke luar neger. JIBI/Rifki
Ilustrasi kapal mengangkut kontainer untuk diekspor ke luar neger. JIBI/Rifki

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Carmelita Hartoto angkat bicara terkait memanasnya konflik di Laut Merah yang disebut memicu pembengkakan biaya logistik.

Carmelita mengatakan, konflik di Laut Merah tidak menimbulkan dampak terhadap pelaku usaha pelayaran di Indonesia. Menurutnya, konflik ini lebih berimbas pada pelaku usaha pelayaran internasional.

“INSA sudah melihat tidak ada dampak bagi pelayaran nasional karena tidak berlayar ke daerah konflik. Yang terkena dampak adalah pelayaran Internasional yang menjalani rute Asia ke Eropa dan sebaliknya,” jelas Carmelita saat dihubungi, Jumat (12/1/2024).

Carmelita menjelaskan, pelaku usaha pelayaran Internasional kini harus merubah rute melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Hal ini membuat waktu perjalanan untuk pengiriman barang menjadi lebih lama yang turut berimbas pada kenaikan ongkos bahan bakar. 

Akibat hal tersebut, Carmelita mengatakan perusahaan pelayaran internasional pun harus menambah tarif angkut. Dia menuturkan, berdasarkan laporan dari media-media internasional kenaikan tersebut mencapai lebih dari 50%.

“Berdasarkan laporan-laporan, kenaikan berkisar antara 55% - 63 % tergantung destinasinya,” kata Carmelita.

Adapun, dia juga tidak dapat memperinci secara detail kapan kenaikan ongkos tersebut akan berakhir. Namun, dia menuturkan jika konflik di Laut Merah mereda, maka kenaikan ongkos tersebut akan menurun.

“Sampai Laut Merah aman untuk dilayari, biaya angkut nantinya akan menurun,” kata Carmelita.

Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan, kenaikan ongkos logistik imbas konflik tersebut melonjak signifikan dibandingkan dengan ongkos sebelum memanasnya perang Israel-Hamas. 

 "Bisa naik sampai 30-40% [ongkos produksi]," kata Benny.

Adapun, beberapa sektor industri pengolahan yang ekspornya mengalami tekanan akibat konflik panas tersebut, yaitu tekstil dan pakaian jadi, furnitur, elektronik, komponen otomotif, hingga produk turunan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). 

Kondisi ini mulai terlihat dari lesunya permintaan ekspor ke Eropa lantaran mahalnya biaya angkutan logistik yang memilh untuk menghindari jalur Terusan Suez di Semenanjung Sinai, Mesir. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper