Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menghadapi persoalan lonjakan biaya pengiriman barang. Kondisi ini diakibatkan memanasnya konflik di Laut Merah sehingga menghambat jalur distribusi barang.
Ketua Umum API, Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan angkutan logistik kini menghindari jalur Terusan Suez di Semenanjung Sinai, Mesir. Pembengkakan biaya logistik mulai terjadi sejak memanasnya perang Israel-Hamas.
"Masalah di Laut Merah ini membuat biaya kirim ke daerah naik sampai 3 kali lipat," kata Jemmy kepada Bisnis.com, Kamis (11/1/2024).
Jemmy tak memberikan besaran ongkos pengiriman untuk ekspor maupun impor yang dikeluarkan. Namun, yang jelas, lonjakan biaya dipastikan berimbas pada harga jual yang akan ditanggung konsumen.
Dalam kondisi ini, pasar domestik menjadi andalan pengusaha. Kendati demikian, polemik banjirnya barang impor tekstik dari China masih menganggu serapan produk lokal.
Dia pun menagih janji pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan larangan dan pembatasan barang impor yang akan diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 36/2022 tentang kebaijakan dan pemgaturan impor.
Baca Juga
"Sepertinya sekarang seluruh dunia mengamankan market dalam negeri nya. Semoga aturan Permendag No. 36/2023 bisa berdampak positif," tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno, mengatakan konflik Laut Merah menyebabkan permintaan lesu dari Eropa lantaran biaya logistik yang mahal.
Angkutan logistik disebut lebih memilih untuk berputar melewati Tanjung Harapan di Afrika Selatan ketimbang melewati Terusan Suez, Mesir. Alhasil, biaya dan waktu pengiriman bertambah.
"Sedangkan tujuan ke Amerika baru mulai pulih, harapan kami masih untuk pasar masih di Asia dan Afrika," ujarnya.