Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Kewalahan, Konflik Laut Merah Bikin Ongkos Logistik Mahal

Konflik geopolitik di Laut Merah membuat biaya logistik untuk distribusi barang ke wilayah Timur Tengah melonjak.
Ekspor - freepik
Ekspor - freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri pengolahan semakin tersudut dengan konflik geopolitik di Laut Merah yang masih memanas. Tak tanggung-tanggung, ongkos logistik untuk distribusi barang ke wilayah Timur Tengah pun melonjak. 

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan, konflik tersebut menambah tekanan pada daya beli yang kian melesu. Pasar domestik kini menjadi gantungan terakhir yang mesti dijaga demi keberlanjutan bisnis.

"Masalah di Laut Merah yang membuat biaya kirim ke daerah naik sampai 3 kali lipat. Tetap market domestik rakyat Indonesia yang tetap harus di jaga," kata Jemmy kepada Bisnis, dikutip Jumat (12/1/2024). 

Namun, pengusaha tekstil masih digempur polemik banjirnya barang impor yang mengganggu serapan lokal. Dia pun berharap kebijakan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 36/2022 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor dapat berdampak positif. 

Di sisi lain, Sekretaris Eksekutif Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia Farhan Aqil Syauqi menuturkan bahwa pelemahan pasar ekspor dan domestik berdampak pada melambatnya kinerja industri. 

"Sekarang pasar ekspor sedang lemah karena fright cost ke Eropa juga mahal karena adanya hambatan di Laut Merah dan USA pun masih lemah pembeliannya karena terjadi inflasi," ujar Farhan, dihubungi terpisah. 

Sementara itu, pasar domestik masih dipenuhi oleh produk impor yang murah dari China. Menurut dia, Permendag No. 36/2023 sudah memenuhi kebutuhan pengusaha meskipun masih terdapat celah potensi impor barang murah.

"Kami harap dari pemerintah bisa gerak cepat untuk menyelamatkan industri tekstil nasional. Kondisi buruk ini kami prediksi akan terus berlanjut hingga akhir 2024 jika tidak ditangani dengan serius," pungkasnya. 

Senada, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiono menyampaikan, pertumbuhan industri kimia masih berat karena pasokan bahan baku yang terkendala konflik di Laut Merah. 

Dia mengungkap bahwa beberapa maskapai kapal laut banyak yang tidak berani dan menghindari Terusan Suez dan berputar melewati Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Hal ini yang membuat beban ongkos pengiriman bengkak dan memicu kenaikan biaya produksi. 

"Terutama dengan adanya penurunan arus lalu lintas di Terusan Suez karena ada gangguan masalah politik global sehingga banyak bahan baku, bahan penolong yang lebih lama datangnya," terangnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper