Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

4 Bulan Kontraksi, Indef Proyeksi Pemulihan Manufaktur Terjadi Tahun Depan

Indef memproyeksi pemulihan PMI manufaktur Indonesia pada kuartal I-II 2026, bergantung pada renegosiasi tarif AS dan penyederhanaan regulasi ekspor-impor.
Proses perakitan mobil di Daihatsu di Pabrik Karawang/Dok. Astra Daihatsu Motor.
Proses perakitan mobil di Daihatsu di Pabrik Karawang/Dok. Astra Daihatsu Motor.
Ringkasan Berita
  • Indef memproyeksikan pemulihan PMI manufaktur Indonesia akan terjadi pada kuartal I atau II tahun 2026 setelah mengalami kontraksi selama empat bulan.
  • Pemulihan ini bergantung pada respons pemerintah terhadap tarif resiprokal AS dan penyederhanaan regulasi ekspor-impor serta dukungan pembiayaan produksi.
  • Ketidakpastian ekonomi global dan domestik menekan permintaan ekspor, sementara pelaku industri menahan ekspansi sambil menunggu hasil negosiasi tarif perdagangan dengan AS.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom memproyeksi pemulihan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia baru akan terjadi pada kuartal I atau kuartal II 2026. Hal ini menyusul kondisi industri yang masih dalam fase kontraksi 4 bulan terakhir.  

Peneliti Indef Ariyo DP Irhamna mengatakan pemulihan PMI manufaktur kemungkinan mulai berangsur pada kuartal I–II 2026 dan bergantung pada dua hal. 

“Pertama, respons pemerintah terkait hasil akhir tarif resiprokal US dengan semua negara, karena banyak juga yg mendapatkan tarif di bawah 19%, maka untuk memberikan optimisme, pemerintah perlu renegosiasi, dan perbaikan permintaan global,” kata Ariyo kepada Bisnis, Jumat (1/8/2025). 

Kedua, pemerintah harus melakukan penyederhanaan regulasi ekspor dan impor serta dukungan pembiayaan produksi yang diperkuat, sebab efek positif dari tarif 19% ke AS bisa mulai dirasakan lebih cepat. 

“Namun, tanpa langkah percepatan ini, industri bisa terjebak dalam fase stagnasi lebih lama karena kehilangan momentum pasca negosiasi dagang,” ujarnya. 

Dalam laporan S&P Global Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di level 49,2 pada Juli 2025 atau di bawah ambang batas 50. 

Kinerja bulan Juli memang mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya yang berada di level 46,9 dan 47,4 pada Mei 2025. Dalam laporan tersebut menunjukkan tren kontraksi ini berlanjut sejak April 2025 lalu yang anjlok ke angka 46,7. 

Ariyo melihat penyebab sisi global yakni ketidakpastian ekonomi AS dan Eropa menekan permintaan ekspor. Sementara dari domestik, pelaku industri cenderung menahan ekspansi sambil menunggu kepastian hasil negosiasi tarif perdagangan dengan AS. 

Apalagi, ekspektasi pasar masih terbelah, sebagian optimistis tarif 19% akan menjadi pintu masuk ekspor, sebagian lain khawatir dampak kompetisi dari produk impor AS yang mendapat tarif 0% dan pembebasan TKDN. 

“Akibatnya, investasi produksi baru ditunda dan industri berjalan pada kapasitas minimum yang aman,” tuturnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro