Bisnis.com, JAKARTA – ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh kuat sebesar 5,2% pada 2024.
Pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun ini yang diperkirakan sebesar 5%.
"Perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 5,0% pada tahun 2023 dan menguat menjadi 5,2% pada tahun 2024,” kata Lead Economist AMRO Sumio Ishikawa melalui keterangan resmi, dikutip Kamis (28/12/2023).
Ishikawa menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan ditopang utamanya oleh permintaan domestik yang solid, sejalan dengan kepercayaan konsumen yang kuat dan dorongan dari pengeluaran terkait pemilu, serta pembangunan proyek strategis nasional dan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Namun demikian, menurutnya ada beberapa tantangan yang akan dihadapi perekonomian Indonesia ke depan.
Pertama, untuk prospek jangka pendek, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejalan dengan negara berkembang lainnya, berpotensi melemah akibat perlambatan ekonomi China.
Baca Juga
Kedua, risiko lonjakan harga pangan dan energi global akibat fenomena El Nino, pengumuman OPEC+ terkait pemangkasan produksi minyak, dan konflik Timur Tengah.
Ketiga, penghindaran risiko terhadap aset-aset negara berkembang, termasuk Indonesia, yang diperkirakan masih berlanjut di tengah kekhawatiran akan kebijakan moneter Amerika Serikat yang ketat.
Keempat, Ishikawa mengatakan bahwa Indonesia menghadapi tantangan struktural dalam meningkatkan ketahanan ekonomi dan memastikan transisi yang mulus menuju ekonomi hijau.
Oleh karenanya, pemerintah Indonesia dinilai perlu terus meningkatkan ruang fiskal, yaitu dengan meningkatkan penerimaan untuk memenuhi kebutuhan belanja yang lebih tinggi sekaligus melanjutkan disiplin fiskal.
Selain itu, pemerintah menurut AMRO perlu memprioritaskan kembali pengeluaran untuk mendukung pertumbuhan. Subsidi energi pun dinilai harus diganti dengan bantuan langsung tunai kepada kelompok-kelompok rentan.
Lebih lanjut, kebijakan untuk memperluas basis investor perlu didorong untuk memperdalam pasar obligasi pemerintah dan meningkatkan akses ke pembiayaan sekaligus menurunkan biaya pinjaman pemerintah.
Ishikawa menambahkan kebijakan diversifikasi ekonomi dan perdagangan juga harus didukung oleh upaya berkelanjutan untuk memperbaiki iklim investasi dan meningkatkan kemudahan berbisnis.