Berdasarkan data Roatex MLFF Feasibility study tahun 2020, kerugian akibat antrean di Gerbang Tol diperkirakan mencapai US$300 juta atau sebesar Rp4,4 triliun per tahun.
Saat ini, MLFF berteknologi GNSS telah diterapkan di sejumlah negara seperti Jerman, Hungaria, Belgia, Rusia, dan Republik Ceko. Namun, saat ini penerapan MLFF di negara tersebut hanya berlaku terbatas untuk kendaraan berat dan logistik.
Sementara itu, metode ini juga telah diterapkan di Malaysia, Singapura, Taiwan, Amerika Serikat dan lainnya. Namun dengan teknologi Radio Frequency Identificaton (RFID). Teknologi tersebut membaca alat yang akan ditempel di kendaraan.
2. Sistem SLFF
Di Indonesia, metode pembayaran serupa lebih dikenal dengan sebutan Single Lane Free Flow (SLFF). Namun dengan menggunakan teknologi RFID dan Dedicated Short Range Communication (DSRC) yang akan menyimpan data identitas kendaraan melalui alat yang menempel dalam kendaraan tersebut.
SLFF telah diterapkan anak usaha PT Jasa Marga Tbk. (JSMR), PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO) sejak 2020 secara terbatas di gerbang tol tertentu. Teknologi ini diterapkan dengan menggunakan stiker RFID yang terintegrasi dengan aplikasi 'Let It Flo'.
Sistem kerja DSRC yakni dengan cara bertukar informasi antara perangkat dan pembaca atau reader menggunakan gelombang 5,8 GHz dengan jarak dekat dan emisi energi yang rendah.
Baca Juga
Reader, yang ditempatkan di atas jalan pada gerbang atau gantries, secara efektif mendeteksi dan mengkategorikan kendaraan yang melewatinya, sehingga memungkinkan penentuan tarif yang lebih akurat sesuai dengan jenis kendaraan dan jarak tempuh.