Bisnis.com, JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia membeberkan sejumlah usaha yang potensial untuk digarap dalam rangka mengakselerasi penanganan krisis iklim yang tertuang dalam hasil Conference of the Parties alias COP ke-28 di Dubai.
Wakil Ketua Umum (WKU) Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin, Shinta W. Kamdani mengatakan hasil komitmen dan kesepakatan di konferensi tingkat tinggi COP 28 menjadi menjadi peluang bagi sektor usaha melalui peningkatan investasi hijau.
"Ini akan memunculkan peluang penambahan kapasitas energi terbarukan dalam rangka menurunkan emisi serta peningkatan investasi yang mendukung transisi energi," kata Shinta, dikutip Minggu (17/12/2033).
Adapun, COP28 yang berlangsung 30 November—12 Desember 2023 di Dubai telah menghasilkan komitmen pembiayaan dengan nilai total US$83,76 miliar atau setara Rp1,3 kuadriliun.
Bantuan pendanaan yang digelontorkan tersebut terbagi menjadi 3 sektor yaitu pembiayaan energi terbarukan sebesar US$5 miliar, sektor pangan US$3,1 miliar, dan US$2,7 miliar untuk sektor kesehatan, dan sisanya untuk sektor lain.
Untuk menangkap peluang tersebut, terdapat sejumlah sektor usaha potensial yang sejalan dengan hasil komitmen COP28, khsusunya dalam rangka mendukung agenda perubahan iklim.
Baca Juga
Shinta menerangkan beberapa di antaranya yaitu Renewable Energy atau Energi Baru dan Terbarukan (EBT), Electric Mobility (mobil, motor, transportasi publik) dan ekosistem manufakturnya, serta sektor kehutanan, mangrove atau bakau, pemanfaatan lahan dan kemaritiman.
Terkait EBT, dia menuturkan, hingga akhir 2022, bauran EBT nasional hanya mencapai 14,11%, masih di bawah target 23% pada 2025.
"Indonesia berupaya meningkatkan pasokan EBT dengan target 2 GW hydropower dan 870 MW energi geothermal guna mencapai target 23%," ujarnya.
Adapun, permintaan energi terbarukan meningkat drastis di tahun 2030 dengan target 8,9 GW hidro, 3,5 GW geothermal, 3,7 GW tenaga surya, dan sumber EBT lainnya.
Sementara itu, pada 2059 Indonesia berambisi mencapai net zero di sektor energi dengan menciptakan 707,7 GW energi terbarukan. Potensi investasi di sektor EBT diperkirakan mencapai US$1,043 miliar atau rata-rata US$25 miliar per tahun hingga 2059.
Di sisi lain, potensi besar datang dar ekosistem kendaran listrik (electric vehicle/EV), di mana pemerintah Indonesia menargetkan ketersediaan 15 juta unit EV, terdiri atas 2,2 juta mobil listrik dan 13,5 juta motor listrik.
Oleh karena itu, sektor usaha manufaktur yang berfokus pada pengadaan EV diharapkan bisa memproduksi 1 juta EV setiap tahun hingga tahun 2030 untuk mencapai target.
Lebih lanjut, di sektor kehutanan, mangrove, pemanfaatan lahan dan kemaritiman terdapat komitmen pembiayaan baru sebesar US$186,6 juta untuk perlindungan alam dan iklim melalui sektor kehutanan dan mangrove.
"Komitmen pembiayaan $2,5 miliar untuk melindungi dan memulihkan alam," pungkasnya.
Shinta menyampaikan bahwa terdapat 21 negara yang secara resmi mendukung Terobosan Mangrove, mengamankan momentum di balik tujuan Terobosan Mangrove untuk memulihkan dan melindungi 15 juta hektare hutan bakau secara global.