Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani merespons soal kabar bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) bakal memangkas suku bunga acuan mulai tahun depan.
Shinta memandang, bahwa penurunan suku bunga The Fed masih sebuah wacana dan belum pasti. Pelaku usaha diminta agar terus mencermati apakah intensi penurunan suku bunga tersebut akan dieksekusi The Fed dalam waktu dekat.
Musababnya, The Fed tetap akan mengacu pada kondisi inflasi dan pasar tenaga kerja Amerika Serikat untuk mengeksekusi pemangkasan suku bunga acuan pada 2024.
"Saya rasa kita harus lihat perkembangan ekonomi AS setidaknya 3-6 bulan ke depan untuk melihat apakah indikator-indikator yang diperhitungkan untuk penurunan suku bunga oleh the Fed [inflasi dan tenaga kerja] betul-betul terjadi," ujar Shinta saat dihubungi, Kamis (14/12/2023).
Meskipun diakui, sampai saat ini indikator inflasi dan tenaga kerja di AS cenderung stabil dan menuju ke arah perlambatan ekonomi. Namun, hal itu ternyata bukan pertama kalinya dialami AS.
Menurut Shinta, beberapa bulan lalu pun kondisi yang sama terjadi hingga memicu optimisme pasar bahwa The Fed akan menurunkan suku bunganya.
Baca Juga
"Tapi nyatanya kemudian job creation meningkat sehingga mengindikasikan inflasi di AS kembali naik dan The Fed malah menaikkan suku bunga," katanya.
Oleh karena itu, sambil menunggu kepastian penurunan suku bunga The Fed, Shinta mengusulkan agar pemerintah tetap fokus pada indikator stabilitas makro. Terutama terkait dengan kecukupan devisa, stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dolar dan pengendalian inflasi. Risiko ketidakpastian masih membayangi, apalagi adanya transisi kepemimpinan di tahun depan.
"Tapi untuk saat ini, sebaiknya jangan ada euphoria yang berlebih karena akan menciptakan spekulasi pasar yang berlebihan di pasar finansial nasional. Ini bisa backfire terhadap upaya Indonesia untuk menciptakan tingkat pertumbuhan yang memadai 5,2% sesuai target APBN tahun depan," ucapnya.
Senada, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, Diana Dewi menilai bahwa para pengusaha masih harus tetap waspada terhadap potensi pelemahan ekonomi yang mungkin terjadi di awal 2023. Menurutnya, bisa saja rencana pemangkasan suku bunga The Fed dibatalkan seiring kondisi yang fluktuatif.
"Karena itu, perlu upaya ekstra jelang akhir tahun ini dari sisi kesiapan permodalan [cash flow] untuk menghadapi bisnis di 2024," ujar Diana saat dihubungi.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Kamis (14/12/2023), Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan dengan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25% - 5,5%, yakni tertinggi sejak 2001. The Fed dalam pertemuan Desember ini pun mengisyaratkan tiga kali pemangkasan suku bunga untuk tahun depan, lebih banyak dari yang diperkirakan oleh sebagian besar investor.
Proyeksi triwulanan FOMC menunjukkan para pejabat The memperkirakan adanya penurunan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) pada 2024, laju penurunan yang lebih tajam dari proyeksi September lalu.
Ekspektasi median untuk suku bunga The Fed pada akhir 2024 mencapai 4,6%. Namun ekspektasi setiap individu sangat bervariasi.