Bisnis.com, JAKARTA – Federal Reserve atau The Fed mulai memberikan kabar untuk memangkas suku bunga acuan atau fed funds rate sebanyak tiga kali pada 2024.
Kabar tersebut pun memberikan sinyal baik kepada Bank Indonesia (BI) untuk ikut memperlonggar BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR).
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual menilai bank sentral perlu memperhatikan faktor lain untuk menurunkan suku bunga, yakni kondisi inflasi di dalam negeri.
Dia melihat kemungkinan BI untuk menurunkan suku bunga acuan baru akan dilakukan pada semester II/2024.
“Jadi ada peluang BI melonggarkan seiring dengan penurunan suku bunga The Fed tahun depan. Probabilitas lebih besar di semester II/2024,” ujarnya, Kamis (14/12/2023).
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai BI dapat menurunkan suku bunga seiring dengan mempertimbangkan efek pemilu terhadap arus modal asing.
Baca Juga
Menurutnya, inflasi perlu ditekan di bawah 2,5% sebagai prasyarat BI dalam memangkas BI-7DRRR pada tahun depan.
Per November 2023, inflasi berada di level 2,86% year-on-year (yoy). Sementara tahun depan, BI memproyeksikan inflasi terjaga di kisaran 2,5±1%.
Dengan demikian, Bhima berharap BI dapat melakukan pemangkasan seperti halnya The Fed, sebanyak tiga kali, setidaknya hingga 75-100 basis poin.
“Suku bunga yang lebih rendah diperlukan untuk memicu penyaluran kredit ke sektor riil. Yang penting yield gap antara US treasury dan SBN bisa lebih sempit maka BI aman turunkan bunga acuan,” lanjutnya.
Pada Rapat Dewan Gubernur BI bulan lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengerek suku bunga acuan ke level 6% seiring dengan sikap the Fed yang higher for longer.
Sementara itu, dini hari tadi waktu Indonesia, Ketua The Fed Jerome Powell memutuskan untuk mengerem tren kebijakan suku bunga tinggi dan menahan suku bunga acuan setelah melihat data-data internal Amerika Serikat (AS).