Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan, turunnya produksi minyak mentah PT Pertamina (Persero) tahun ini dipengaruhi oleh kontraksi kinerja dari Blok Offshore Southeast Sumatra (OSES) dan Cepu.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Noor Arifin menuturkan, terkoreksinya capaian produksi Pertamina sebagian besar disebabkan karena adanya kebocoran pada pipa milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES).
“OSES karena ada pipa bocor,” kata Noor saat dikonfirmasi, Rabu (22/11/2023).
Adapun, 57% fasilitas instalasi migas pada Blok OSES berusia di atas 30 tahun. Saat ini, PHE OSES telah mulai melakukan perbaikan dan pergantian besar-besaran dari blok migas bekas kelolaan CNOOC Limited. Pertamina mengambilalih pengelolaan Blok OSES pada 6 September 2018.
Saat itu, PHE OSES menggunakan kontrak kerja sama bagi hasil gross split, dengan kumulatif produksi sampai dengan 31 Desember 2022 sebesar 1.484,41 ribu barel minyak (MMBO) dan gas mencapai 1.335,35 miliar kaki kubik (BCF).
Adapun, produksi aktual minyak (aktual year to date/ytd) sebesar 17.511 barel minyak per hari (bopd) dan produksi aktual gas mencapai 29 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).
Baca Juga
Di sisi lain, Noor menambahkan, penurunan produksi minyak domestik dari portofolio perusahaan migas pelat merah itu juga dikoreksi oleh hak partisipasi mereka di Blok Cepu, garapan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).
“Sedangkan untuk EMCL karena naiknya gas oil ratio (GOR), sementara kapasitas penanganan gas di surface terbatas,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) memproyeksikan produksi minyak mentah domestik hingga akhir 2023 hanya berada di level 417.000 bopd, tidak berbeda dibandingkan realisasi sepanjang 2022.
Adapun, outlook produksi minyak dalam negeri akhir tahun ini jauh lebih rendah dari target produksi di dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKAP) 2023 yang dipatok mencapai 442.000 bopd. Secara keseluruhan, target produksi minyak pada RKAP 2023 ditetapkan sebesar 595.000 bopd, dengan asumsi tambahan produksi dari aset luar negeri sebanyak 139.000 bopd.
“Kita proyeksikan akhir tahun ini kita tumbuhnya 0%, 417.000 [barel per hari], dikarenakan memang ada sedikit kendala integrity di OSES [Offshore Southeast Sumatera] maupun ada penurunan dari blok produksi yang tidak kita operasikan, kita bukan sebagai operator, yaitu Blok Cepu,” kata Direktur Utama PHE Wiko Migantoro saat RDP dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, dikutip Rabu (22/11/2023)
Namun, Wiko memproyeksikan produksi minyak dari aset luar negeri bakal tumbuh signifikan pada akhir tahun ini. Dia memperkirakan produksi dari aset internasional dapat mencapai 151.000 bopd, hampir dua kali lipat dari realisasi produksi sepanjang 2022 di level 97.000 bopd.
Dengan demikian, proyeksi produksi minyak sampai akhir tahun dipatok di angka 568.000 bopd atau naik 10% dari realisasi tahun sebelumnya sebesar 514.000 bopd.
“Ini sebagian besar datang dari Timur Tengah dari tambahan hak partisipasi kita di Irak dan penambahan produksi kita di Algeria,” kata dia.
Sementara itu, kinerja produksi gas Pertamina tahun ini relatif baik ketimbang kinerja sepanjang tahun sebelumnya. Kendati outlook tahun ini masih berada di bawah target yang ditetapkan dalam RKAP perseroan.
Pertamina memproyeksikan produksi gas akhir tahun dapat mencapai 2.746 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) atau naik 5% dari pencatatan sepanjang 2022 di level 2.624 MMscfd. Proyeksi itu ditopang oleh kinerja produksi domestik di level 2.381 MMscfd, lebih tinggi dari capaian 2022 sebesar 2.241 MMscfd.