Bisnis.com, JAKARTA - Rencana India melanjutkan larangan ekspor berasnya dianggap kental dengan muatan politik dan berisiko pada harga beras tahun depan yang lebih tinggi.
Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI), Khudori menduga sikap India menahan berasnya keluar lebih didorong oleh kondisi negara tersebut yang memasuki tahun politik.
"Dugaan saya ini masih kental dengan pertimbangan politik. PM Modi yang ikut berlaga di tahun depan," ujar Khudori saat dihubungi, Rabu (22/11/2023).
Kendati begitu, Khudori memastikan bahwa kebijakan restriksi ekspor beras oleh India tidak akan begitu memberikan dampak terhadap pasokan di dalam negeri. Pasalnya, impor beras dari India cenderung kecil.
"Dampak langsung kebijakan India ke kita kecil, impor dari India sebagian besar adalah beras patahan [broken rice] untuk industri karena harganya relatif murah," katanya.
Adapun untuk impor beras konsumsi, sebagian besar didatangkan Indonesia dari negara-negara di kawasan Asean seperti Thailand dan Vietnam. Namun, Khudori mengingatkan bahwa pembatasan pasokan beras dari India juga akan mengerek harga beras dari negara-negara pengekspor beras lainnya, termasuk di Vietnam dan Thailand.
Baca Juga
Harga beras di pasar dunia juga akan naik akibat pasokan yang berkurang. Di sisi lain, Indonesia yang masih mengimpor beras berisiko ikut merasakan dampak kenaikan harga beras global.
"Saat India mengumumkan menutup ekspor beras nonbasmati 20 Juli lalu, harga beras di pasar dunia naik. Karena kita impor beras, kenaikan harga itu berdampak ke kita," ucapnya.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Senin (20/11/2023), laporan Bloomberg menyatakan, Perdana Menteri Narendra Modi yang bakal mencalonkan diri kembali di tahun depan telah berulang kali memperketat pembatasan ekspor berasnya dalam upaya untuk menekan kenaikan harga domestik dan melindungi konsumen India. Bahkan, setelah pemilu, tindakan tersebut kemungkinan akan diperpanjang apabila harga beras di India tidak stabil.
Modi mengatakan awal bulan ini bahwa pengaturan tersebut [restriksi ekspor beras non-basmati] akan diperpanjang selama lima tahun dan dia mengumumkannya hanya beberapa hari sebelum serangkaian pemilihan umum di lima negara bagian.
"Selama harga beras dalam negeri menghadapi tekanan ke atas, pembatasan tersebut kemungkinan akan tetap ada," ujar Sonal Varma, Kepala Ekonomi untuk India dan Asia selain Jepang di Nomura Holdings Inc, dikutip dari Bloomberg, Senin (20/11/2023).
B.V Krishna Rao, Presiden Asosiasi Eksportir Beras India mengatakan pemerintah Modi ingin memastikan pasokan yang cukup di dalam negeri dan meredakan kenaikan harga. Dia mengatakan pemerintah India kemungkinan akan mempertahankan pembatasan ekspor sampai pemungutan suara tahun depan.
Kementerian Pertanian India juga memperkirakan adanya kemungkinan produksi beras di negara itu turun hampir 4 Modi % dari tahun sebelumnya karena curah hujan yang tidak merata. Selain itu, harga eceran beras di New Delhi naik 18% dari tahun sebelumnya, dan harga gandum 11% lebih mahal.