Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Properti & Otomotif Lesu, Kinerja Industri Kaca Diproyeksi Melambat

Pertumbuhan kinerja industri kaca tahun ini diproyeksi mengalami perlambatan seiring lesunya permintaan sektor properti dan otomotif.
Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman Indonesia Yustinus H Gunawan memberikan penjelasan rencana pameran terbesar industri kaca Glasstec 2018 di Duseldorf, Jerman, di Jakarta, Selasa (13/3/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman Indonesia Yustinus H Gunawan memberikan penjelasan rencana pameran terbesar industri kaca Glasstec 2018 di Duseldorf, Jerman, di Jakarta, Selasa (13/3/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) memproyeksikan pertumbuhan kinerja industri kaca tahun ini mengalami perlambatan seiring lesunya permintaan sektor properti dan otomotif.

Lesunya permintaan tersebut tercermin dari  turunnya impor bahan baku kaca turun 7% (year-on-year/yoy) pada Oktober 2023. 

Ketua Umum AKLP Yustinus Gunawan mengatakan, penurunan impor bahan baku tersebut masih dalam kondisi wajar, terlebih melihat kondisi pasar ekspor yang melandai imbas ekonomi global yang turun. Dia pun merevisi pertumbuhan industri kaca tahun 2023. 

"Proyeksi kinerja 2023 mungkin tidak mencapai perkiraan awal tumbuh sekitar 5%, paling hanya tumbuh 4,5%, faktor penurunan adalah menurunnya permintaan properti dan mobil," kata Yustinus kepada Bisnis, Kamis (16/11/2023). 

Namun, industri kaca dapat kembali terdorong oleh stimulus yang diberikan pemerintah kepada sektor properti berupa insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) hingga Juni 2024. 

Yustinus berharap insentif PPN DTP untuk pembelian hunian di bawah Rp2 miliar itu dapat mendongkrak permintaan residensial hingga 2024. 

Sebagaimana diketahui, sektor properti merupakan pangsa terbesar industri kaca. Pasalnya, properti menyerap 70% dari produksi kaca domestik, sedangkan otomotif menyerap 25%. 

"Namun, penjualan mobil mungkin tidak mencapai 1 juta unit pada 2023, sedikit lebih rendah dibanding 2022 hampir 1,05 juta unit," ujarnya. 

Adapun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor bahan baku/penolong turun 6,08% (year-on-year/yoy) dengan nilai impor US$13,44 miliar pada Oktober 2023.  

Secara kumulatif atau hingga Oktober 2023, total nilai impor bahan baku penolong tercatat US$19,32 miliar atau turun 12,65% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper