Bisnis.com, JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan melanjutkan surplus untuk ke-42 bulan secara beruntun pada Oktober 2023, meskipun kinerja ekspor terkontraksi atau anjlok.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan neraca perdagangan pada Oktober 2023 akan membukukan surplus sebesar US$2,89 miliar.
Menurutnya, kinerja ekspor Indonesia pada periode tersebut diperkirakan terkontraksi 17,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih dalam dari kontraksi pada September 2023 sebesar 16,17% yoy.
“Koreksi harga minyak menyebabkan komoditas CPO [crude palm oil], batu bara, tembaga, dan alumunium juga terkoreksi. Ini penyebab utama ekspor drop,” katanya kepada Bisnis, Selasa (14/11/2023).
Sementara itu, Faiz memperkirakan kinerja impor Indonesia pada Oktober 2023 terkontraksi sebesar 8,9% yoy, membaik dari kontraksi bulan sebelumnya sebesar 12,45% yoy.
Faiz mengatakan perlambatan ekspansi manufaktur dan adanya front loading impor pada kuartal III/2023 untuk barang-barang modal menyebabkan impor pada Oktober 2023 masih kontraksi.
Baca Juga
Adapun, pada September 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$3,42 miliar.
Pada periode tersebut, nilai ekspor tercatat mencapai US$20,76 miliar, lebih tinggi dari nilai impor yang sebesar US$17,34 miliar.
Surplus pada September 2023 terutama berasal dari sektor nonmigas US$5,34 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,92 miliar.