Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketum Apindo Ditunjuk Sekjen PBB jadi Kepala Aliansi Investor Dunia GISD

Ketum Apindo Shinta W. Kamdani ditunjuk oleh Sekjen PBB Antonio Gutteres sebagai Co-Chair untuk Global Investor for Sustainable Development (GISD) Alliance.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani/ Dok. Kominfo.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani/ Dok. Kominfo.

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani resmi menjabat sebagai Co-Chair untuk Global Investor for Sustainable Development (GISD) Alliance, aliansi investor global yang dibentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Penunjukkan Shinta dilakukan oleh Sekjen PBB Antonio Gutteres dalam pertemuan tahunan kelima GISD Alliance yang diselenggarakan Selasa siang (31/10/2023) waktu setempat.

Sebagai informasi, GISD merupakan aliansi yang dibentuk oleh PBB untuk menghasilkan solusi demi meningkatkan aliran pendanaan yang mampu menutup kesenjangan pembiayaan dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDG). Aliansi ini terdiri atas perwakilan dari sektor finansial dan nonfinansial dunia. 

Dalam keterangan resminya yang dikutip pada Sabtu (4/11/2023) Shinta berharap, jabatan baru yang dia emban ini dapat menjembatani keterwakilan sektor privat Indonesia untuk lebih terhubung dengan sektor finansial, standard setter, hingga multilateral development bank (MDB). Dia juga berharap jabatan ini dapat memberi porsi lebih banyak bagi kepentingan serta perspektif negara berkembang. 

“Hal ini termasuk memberi rekomendasi terhadap restrukturisasi arsitektur keuangan yang membutuhkan skema dan taksonomi yang tepat, demi mempercepat mobilisasi pendanaan sektor privat yang diperlukan emerging - developing countries seperti Indonesia,” jelas Shinta.

Menurutnya, penyelesaian masalah kesenjangan pendanaan dan investasi SDGs memerlukan kolaborasi regional dan nasional. Selama ini, GISD Alliance telah melakukan engagement dengan key policy makers seperti G20, G7, European Union yang mayoritas terdiri atas negara maju. 

Shinta mengatakan sudah saatnya hasil kerja aliansi ini menjawab tantangan pendanaan proyek SDGs di level regional, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia. Upaya ini dapat dilakukan dengan memperluas engagement dengan sektor privat kawasan yang mewakili developing dan under-developed countries.

Adapun, sebagai organisasi pelaku usaha, Apindo merupakan representasi jaringan bisnis Indonesia dengan salah satu program kerja meningkatkan investasi dalam negeri.

Sejalan dengan itu, melalui keterlibatan Shinta Kamdani di aliansi investor global bentukan PBB ini, GISD Alliance akan semakin berfokus melakukan advokasi, meningkatkan engagement pelaku usaha baik nasional maupun regional, serta meningkatkan kesadaran penggunaan instrumen keuangan dan pendanaan sebagai solusi kesenjangan investasi berkelanjutan. 

Salah satu contoh solusinya adalah terkait pemanfaatan blended finance sebagai instrumen keuangan inovatif untuk pembiayaan proyek SDGs, yang merupakan salah satu tantangan yang dihadapi negara berkembang. 

“Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman memadai pelaku usaha sektor riil soal skema, project viability, minimnya bankable project, hingga regulasi dan kebijakan yang tumpang tindih,” kata Shinta.

Berdasarkan Peta Jalan SDGs menuju 2030, kebutuhan pendanaan SDGs Indonesia mencapai Rp67.000 triliun, dengan selisih kebutuhan pendanaan sekitar Rp14.000 triliun.

Untuk mengatasinya, sektor privat Indonesia perlu bersinergi melalui outreach and engagement melalui joint innovative mechanism yang mampu mengakselerasi mobilisasi investasi berkelanjutan, sekaligus bersinergi dengan jejaring bisnis skala global maupun regional sebagai ecosystem enabler.

Shinta melanjutkan, kemitraan dan aliansi konteks regional yang akan didorong GISD Alliance periode mendatang, diyakini mampu menjembatani pilot initiatives, mengumpulkan data untuk validasi skema dan instrumen pendanaan yang dihasilkan GISD Alliance, serta menggunakannya sebagai business case yang bisa diadopsi sektor swasta saat melakukan melakukan investasi.

Sementara itu, laporan UN Conference on Trade and Development (UNCTAD) menyebutkan, negara berkembang membutuhkan dana US$4 triliun setiap tahun untuk menutup kesenjangan investasi dalam mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). 

Hal Ini menjadi alasan GISD Alliance berupaya memperluas jangkauan implementasi sejumlah hasil kerjanya, melalui sejumlah instrumen inovatif serta platform pendanaan untuk mobilisasi investasi ke negara-negara serta sektor yang paling membutuhkan. 

Beberapa hasil kerja penting GISD, di antaranya menghasilkan sector specific metrics untuk pemetaan SDG impact, mengembangkan skema blended finance fund, menghasilkan Sustainable Development Investing (SDI) sebagai acuan produk investasi, meluncurkan UNDP-GISD SDGs Investor Platform, serta sejumlah alat lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper