Bisnis.com, BANDUNG – Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rosan P Roeslani angkat bicara terkait pernyataan Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menyebutkan bahwa Kereta Cepat Jakarta-Bandung baru akan balik modal dalam waktu lebih dari 100 tahun alias 1 abad.
Menurut Rosan, perhitungan yang dilakukan oleh Faisal Basri hanya dilakukan berdasarkan satu aspek penerimaan Kereta Cepat WHOOSH Indonesia, yakni penjualan tiket.
Padahal, menurutnya kereta cepat memiliki segmen-segmen pendapatan lain, seperti penyewaan tenant, sponsorship, hak penamaan eksklusif stasiun (naming rights) dan lainnya.
“Kalau hanya dari itu mungkin akan beda hitung-hitungannya. Ini (komponen perhitungan) ada banyak, ada vendornya, banyak pihak yang terkait. Jadi, jangan kita melihatnya dari satu kacamata saja, tapi dari hal yang lebih besar,” jelas Rosan di Stasiun KCIC Halim, Jakarta, dikutip Selasa (17/10/2023).
Rosan melanjutkan, perhitungan nilai ekonomi kereta cepat harus dilihat secara menyeluruh, tidak hanya dari satu perspektif saja.
Dia memaparkan, kehadiran kereta cepat di Indonesia salah satunya akan memicu terjadinya transfer teknologi dari China ke Indonesia. Proses ini terbilang penting mengingat pemerintah juga tengah mengkaji perpanjangan proyek kereta cepat hingga ke daerah Surabaya, Jawa Timur.
Baca Juga
Selain itu, dia menilai Kereta Cepat WHOOSH Indonesia juga akan berdampak positif kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari sisi perputaran ekonomi. Ke depannya, moda transportasi kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini juga akan berpengaruh terjadap sektor sosial dan budaya masyarakat.
“Kalau dihitung semua dampak dari adanya Kereta Api Cepat ini, itu akan sangat signifikan dan bisa menjustifikasi adanya Kereta Cepat,” kata Rosan.
Sebelumnya, Faisal Basri mengatakan Berdasarkan simulasi dengan asumsi super optimis, di mana mengesampingkan ongkos operasional dan tidak membayar bunga pinjaman, Faisal memperkirakan untuk balik modal atau mengembalikan nilai investasi semata senilai Rp114,4 triliun, butuh waktu 48,3 tahun. Skenario ini merupakan opsi paling cepat diantara opsi lain.
Simulasi tersebut juga menggunakan kapasitas tempat duduk (seat) 100%, 36 trip atau perjalanan sehari, dan tarif Rp300.000 sekali jalan. Selain itu asumsi juga menggunakan kurs Rp14.300 per dolar AS, sementara kini dolar telah menyentuh lebih dari Rp15.700.
“Jika kurs Rp14.500 butuh waktu 94 tahun, ganti saja [kurs] jadi Rp15.700, bisa jadi 100 tahun,” jelasnya dalam Diskusi Publik ‘Beban Utang Kereta Cepat di APBN’, Selasa (17/10/2023).
Sementara jika tarif diturunkan karena kurangnya minat untuk naik kereta cepat, Faisal malah memprediksi butuh waktu lebih lama hingga mencapai 92,7 tahun untuk balik modal.
Dalam simulasi yang lebih sederhana, dengan menggunakan okupansi 100%, 39 trip per hari, dan harga tiket Rp400.000, dia meramal proyek KCJB akan balik modal dalam 33 tahun.
“Jika nilai investasi tetap, seat-nya kalau 50 persen tadi [butuh] 139 tahun [balik modal],” tambahnya.