Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi Rapat FOMC The Fed Akhir Bulan Ini, Suku Bunga Akan Naik Atau Jeda?

The Fed diperkirakan tidak menaikkan suku bunga dalam pertemuan 31 Oktober - 1 November 2023.
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat./ Bloomberg
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat./ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga dalam pertemuan 31 Oktober - 1 November 2023. Namun, mereka mungkin juga tidak mengatakan upaya untuk menaikkan suku bunga sudah selesai. Lantas bagaimana proyeksi suku bunga ke depannya?

Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan untuk berbicara pada Kamis (19/10/23) di Economic Club of New York dengan menandai komentar substantif terakhir sebelum pertemuan 31 Oktober - 1 November 2023. 

Para analis memperkirakan tema utama yang dibicarakan oleh Powell adalah pandangannya mengenai kenaikan cepat imbal hasil obligasi baru-baru ini yang dapat membantu The Fed mencapai tujuan inflasinya. Namun hal tersebut juga menunjukkan bahwa kebijakan mendekati titik penting. 

“[The Fed] telah beralih dengan cepat dari fokus inflasi tunggal ke mempertimbangkan penghindaran resesi," tulis para analis di Monetary Policy Analytics, yang dipimpin oleh mantan Gubernur Fed Larry Meyer, seperti dikutip dari Reuters pada Selasa (17/10).

Wakil ketua Evercore ISI, Krishna Guha, mengatakan bahwa sejak pertemuan September 2023 telah banyak yang berubah, setelah  beberapa pejabat the Fed minggu lalu mengisyaratkan bahwa kenaikan imbal hasil obligasi mungkin akan membuat lebih banyak kenaikan suku bunga. 

Jika seperti yang diharapkan oleh pasar keuangan, The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan 1 November 2023. Hal ini akan menjadi pertama kalinya sejak siklus pengetatan dimulai pada Maret 2022, dimana The Fed telah melakukan pertemuan berturut-turut tanpa adanya kenaikan. 

Menjelaskan hasil yang diantisipasi sambil tetap membuka kemungkinan kenaikan suku bunga di masa depan akan menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Powell. Tantangan lainnya adalah meredam spekulasi tentang prospek penurunan suku bunga atau perubahan pada aspek lain dari kebijakan The Fed, seperti pengurangan neraca bank sentral yang sedang berlangsung.

Momen kali ini dapat menjadi penting bagi Powell untuk menentukan keputusannya, yang kini semakin menjadi kritis ketika adanya perang antara Israel dan kelompok militan Hamas, serta pertarungan politik di AS yang membuat Partai Republik menggulingkan pemimpin tertinggi mereka di DPR AS. 

Kemudian, semenjak The Fed menaikkan suku bunga acuan seperempat poin persentase ke kisaran 5,25%-5,50% pada Juli 2023, imbal hasil obligasi bertenor panjang telah melonjak hampir satu poin persentase penuh. Langkah besar ini akan menaikan suku bunga pinjaman konsumen dan bisnis. 

Walaupun hal tersebut kemudian dapat membantu memperlambat inflasi, hal ini juga bisa menjadi terlalu berlebihan. Hasil imbal Treasury bertenor 10 tahun hanya sekitar enam persepuluh poin persentase di bawah suku bunga kebijakan The Fed. ketika kesenjangan antara keduanya bergeser dari negatif ke positif, kebijakan moneter dapat mendapat ‘ujian’ yang paling berat. 

Momen-momen tersebut juga cenderung diikuti oleh resesi. Jika tidak, hal ini dapat menjadi tanda ‘soft-landing’ yang diinginkan oleh The Fed. 

Powell juga perlu memikirkan pandangannya mengenai arah inflasi. Data-data terbaru secara keseluruhan belum sepenuhnya mendukung pandangan Federal Reserve tentang ekonomi yang perlahan melambat dan inflasi yang terus mereda.

Adapun, kepala ekonom AS di TS Lombard, Steven Blitz, menuturkan bahwa data untuk September 2023 tidak mendukung narasi The Fed bahwa deflasi akan terus berlanjut, bahkan jika ekonomi terus tumbuh dan tingkat pengangguran tetap rendah. Ia juga berpendapat bahwa ekonomi akan mengalami ‘pemulihan awal’ pada pertengahan tahun yang juga mulai membalikan deflasi.

"Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi berlanjut ... The Fed akan kembali menaikkan suku bunga," jelas Blitz, dengan mengatakan bahwa apakah ekonomi nantinya akan tetap kuat menjadi cerita yang berbeda.  

Dampak Naiknya Suku Bunga

Mengutip Bloomberg, Selasa (17/10/23) Presiden The Fed Philadelphia Patrick Harker menuturkan bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat mempersulit pembelian rumah pertama atau rumah baru, dengan meningkatnya biaya pinjaman dan pembatasan persediaan sehingga harga rumah dapat menjadi lebih naik. 

Tak hanya itu, tingkat suku bunga yang lebih tinggi juga mengurangi minat pemilik rumah saat ini untuk menjual rumah mereka, sehingga persediaan juga terbatas. 

“Kenaikan suku bunga tidak hanya meningkatkan biaya pinjaman bagi mereka yang ingin membeli rumah, namun juga berkontribusi terhadap kontraksi persediaan,” jelas Harker. 

Terkait naik atau tidaknya suku bunga, Harker berpendapat bahwa The Fed dapat mempertahankan suku bunga acuannya tetap stabil selama tidak ada perubahan tajam dalam data ekonomi. 

Perlambatan Inflasi AS Adalah Tren

Mengutip Reuters, Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan bahwa tidak dapat disangkal bahwa perlambatan inflasi AS adalah sebuah tren dan bukan hanya sesaat, meskipun serangkaian data ekonomi baru-baru ini menunjukan tekanan terus menerus pada beberapa harga. 

Ia menuturkan bahwa banyak yang mengatakan inflasi cenderung menurun dibandingkan dengan apa yang terjadi. Hal tersebut yang The Fed inginkan. 

"Tidak dapat dipungkiri bahwa ini adalah sebuah tren. Ini bukan perubahan yang terjadi dalam satu bulan... kita harus berharap dan mewaspadai untuk memastikan hal ini terus berlanjut," katanya.

Goolsbee menuturkan bahwa banyak yang mengatakan bahwa inflasi cenderung turun dibandingkan dengan apa yang terjadi. Ia juga membantah bahwa kemajuan AS dalam mengembalikan inflasi ke target 2 persen. 

Kemudian, ia juga memperingatkan untuk tidak menghubungkan keputusan kebijakan moneter mendatang dengan sekumpulan data yang sempit. Ia juga mengakui  pembalikan inflasi sewa dan perumahan lainnya setelah berbulan-bulan mereda merupakan "kejutan negatif" yang memerlukan elemen kehati-hatian yang tepat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper