Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan terdapat dua makhluk yang paling masyarakat Indonesia benci sekaligus rindukan, yaitu pajak dan bea cukai.
Hal tersebut dirinya sampaikan dalam Wisuda Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN, Kamis (5/10/2023). Ani, sapaannya, menyampaikan bahwa lulusan terbaik pada wisuda ini berasal dari pajak dan bea cukai.
“Dua makhluk yang paling dibenci dan dirindukan oleh orang Indonesia,” katanya.
Pasalnya, kedua instrumen negara tersebut menjadi objek politik yang kerap menjadi isu panas di Tanah Air.
Bahkan kerap muncul pertanyaan hingga sindiran seperti tukang utang, tukang pajak, hingga tukang riba kepada lulusan PKN STAN yang akan mengelola ‘alat negara’ tersebut.
Pada kesempatan itu pula, Ani meminta para lulusan PKN STAN untuk memahami isu politik baik di domestik dan luar negeri dalam mengelola keuangan negara.
Baca Juga
“Kalian harus paham politik pada level mikro hingga Global, karena keuangan negara adalah instrumen politik. Jangan punya ilusi bahwa keuangan negara itu adalah pure masalah akuntansi membuat neraca dan ini masalah teknokrasi. Itu betul tapi tidak sepenuhnya benar,” jelasnya.
Lebih lanjut, di depan 253 wisudawan tersebut Sri Mulyani menekankan bahwa keuangan negara merupakan instrumen negara, maka menjadi objek politik. Mulai dari pembahasan utang hingga penerimaan negara.
“Jadi jangan kaget-kaget kalau masalah dan isu keuangan negara akan selalu menjadi isu politik,” tuturnya.
Padahal, dua hal tersebut merupakan sumber penerimaan negara yang utama dalam membiayai kesejahteraan masyarakat, terutama pajak.
Berdasarkan APBN Kita edisi September 2023, per Agustus 2023 penerimaan perpajakan mencapai Rp1.247 triliun dan bea cukai senilai Rp171,6 triliun.
Seperti halnya baru-baru bakal calon presiden Anies Baswedan mengaku para konglomerat besar takut membantu dirinya dalam ajang Pilpres 2024 karena akan diintimidasi oleh ‘alat negara’.
Dia mengatakan banyak pengusaha yang membantunya, namun hanya pengusaha ukuran menengah. Sementara pengusaha besar alias konglomerat tidak mau mendekati.
"[Para konglomerat] takut karena kami mengalami pengusaha-pengusaha yang berinteraksi, bertemu, setelah itu mereka akan mengalami pemeriksaan pajak, pemeriksaan-pemeriksaan yang lain-lain," jelas Anies dalam acara Mata Najwa: 3 Bacapres Bicara Gagasan seperti yang disiarkan kanal YouTube Universitas Gadjah Mada, Selasa (19/9/2023).