Bisnis.com, JAKARTA – Kereta Api (KA) Argo Parahyangan relasi Jakarta-Bandung berpotensi kehilangan sejumlah pelanggannya pascaperesmian Kereta Cepat Jakarta Bandung atau Kereta Cepat WHOOSH Indonesia pada Senin (2/10/2023).
Kendati demikian, moda transportasi ini dinilai masih dapat bersaing jika PT Kereta Api Indonesia (Persero) mampu memodifikasi rute kereta tersebut untuk menggali pasar penumpang yang sebelumnya belum atau tidak tersentuh secara maksimal.
Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) Ki Darmaningtyas mengatakan, salah satu dampak kehadiran KCJB terhadap KA Argo Parahyangan adalah menurunnya jumlah penumpang moda transportasi tersebut.
Dia menjelaskan, salah satu kelompok yang akan beralih ke kereta cepat adalah masyarakat yang biasanya menggunakan kendaraan pribadi ke Bandung. Darmaningtyas menilai, dari segi waktu, perjalanan dengan KCJB akan lebih cepat dibandingkan dengan kendaraan pribadi.
“Sementara dari segi cost, jatuhnya saya kira akan sama, sehingga mereka yang biasa menggunakan mobil akan berpindah ke moda ini,” kata Darmaningtyas di Stasiun KCIC Halim, Jakarta pada Senin (2/9/2023).
Kelompok pelanggan lain yang berpotensi meninggalkan KA Argo Parahyangan adalah pebisnis. Menurut Darmaningtyas, Kereta Cepat WHOOSH Indonesia sangat cocok dengan karakter pelanggan pebisnis yang umumnya mengutamakan kecepatan.
Baca Juga
Dia melanjutkan, salah satu kemungkinan yang akan terjadi dengan kehadiran KCJB adalah pengurangan frekuensi perjalanan layanan ini seiring dengan menurunnya jumlah pelanggan.
Darmaningtyas mengatakan, PT KAI harus mampu berinovasi dari sisi modifikasi rute untuk menjaga kelangsungan layanan KA Argo Parahyangan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perhentian pada stasiun-stasiun yang sebelumnya belum disinggahi Argo Parahyangan, seperti Cikampek, Cikarang, Bekasi, Jatinegara, dan lainnya.
Dia menjelaskan, dengan membuka perhentian baru, maka KA Argo Parahyangan dapat membuka basis pelanggan baru yang belum berkembang secara maksimal.
“Orang Bekasi dan Cikarang yang selama ini harus ke Gambir dulu, mungkin akan memilih naik Parahyangan karena bisa turun di kedua titik itu. Di Cikampek juga potensial, kan sekarang enggak berhenti, padahal stasiunnya memungkinkan untuk jadi titik berhenti,” lanjut Darmaningtyas.
Darmaningtyas juga meyakini layanan KA Argo Parahyangan tidak akan dihapuskan oleh PT KAI selaku operator layanan ini. Pasalnya, KA Argo Parahyangan merupakan salah satu relasi kereta yang melegenda di Indonesia, sehingga memiliki nilai historis tersendiri jika terus dilestarikan.
“Kalau dihapus saya rasa tidak, karena itu kan legenda. Siapapun pernah naik Parahyangan, bahkan siapapun yang memimpin negeri ini pernah naik KA Argo Parahyangan,” kata Darmaningtyas.