Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia memiliki potensi besar menjadi produsen kakao sebagai bahan baku cokelat terbesar ketiga di dunia. Hal ini seiring dengan dipacunya hilirisasi industri kakao.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI berpotensi memiliki kapasitas produksi hingga 739.483 ton per tahun. Capaian nilai ekspor produk kakao olahan nasional yakni senilai US$1,12 miliar pada 2020.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Masrokhan mengatakan untuk mendukung hilirisasi kakao, maka perlu peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) cokelat artisan.
"Pengolahan kakao menjadi bisnis bagi pelaku IKM nasional yang berkembang dan saat ini sudah mampu bergerak pada pengolahan biji kakao menjadi cokelat," kata Masrokhan dalam keterangan resminya, Selasa (26/9/2023).
Dalam hal ini, Kemenperin mengarahkan pengembangan hilirisasi industri pengolahan kakao untuk menghasilkan bubuk cokelat, lemak cokelat, makanan dan minuman dari cokelat, suplemen dan pangan fungsional berbasis kakao, serta pengembangan cokelat artisan.
Bahkan, beberapa cokelat artisan Indonesia sudah mulai masuk tahapan craft chocolate. Adapun, Craft chocolate dibuat oleh chocolate maker yang akan mengontrol mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi hingga produk akhir.
Baca Juga
Dikutip dari dataindonesia, Kakao merupakan bahan baku pembuatan cokelat yang beradal dari Amerika Serikat. Namun, produksi buah kakao di Indonesia pun sangat tinggi.
Menurut data International Cocoa Organization (ICCO), kapasitas produksi kakao di Indonesia sebanyak 180.000 ton per tahun pada 2022. Indonesia menempati posisi ke 7 negara produsen kakao terbesar di dunia.
Dia menuturkan, pemerintah terus menggenjot kebijakan hilirisasi, baik di skala industri besar maupun sektor industri kecil dan menengah (IKM).
Upaya strategis ini terbukti memiliki dampak positif terhadap perekonomian nasional, selain dapat meningkatkan nilai tambah, juga mampu menekan produk impor.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan hilirisasi telah menciptakan sejumlah dampak positif bagi perekonomian Indonesia, di antaranya membuka kesempatan kerja secara signifikan.
"Pengembangan industri penghiliran juga sudah terlihat hasilnya, yaitu produk hasil manufaktur Indonesia yang telah masuk dalam bagian global value chain," kata Agus.
Hilirisasi terus digencarkan karena memberikan kesempatan bagi komoditas yang semula di ekspor dalam bentuk mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
"Dengan demikian, nilai ekspor negara menjadi lebih besar. Sehingga, meningkatkan keuntungan bagi perekonomian Indonesia," tuturnya.