Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dukung Hilirisasi Kakao, Bank Tanah Siapkan Lahan 2.700 Ha di Sulteng

Bank Tanah menyiapkan 2.700 Ha lahan di Sulteng yang bakal digunakan untuk mendukung program hilirisasi kakao.
Buruh memetik kakao di perkebunan kakao Pasir Ucing, Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Bisnis/Rachman
Buruh memetik kakao di perkebunan kakao Pasir Ucing, Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Bisnis/Rachman

Bisnis.com, PALU — Badan Bank Tanah telah mengantongi hak pengelolaan (HPL) lahan seluas 2.700 hektare (Ha) lahan di Sulawesi Tengah. Salah satunya, lahan itu bakal disalurkan kepada investor industri kakao.

Sekretaris Badan Bank Tanah, Jarot Wahyu Wibowo menjelaskan bahwa komitmen itu digulirkan dalam rangka mendukung rencana pemerintah yang hendak mendorong program hilirisasi kakao nasional. 

Dalam penjelasannya, wilayah Sulawesi Tengah dipilih lantaran daerah tersebut memang telah tersohor sebagai salah satu daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia.

"Total hampir 2.700-an [hektare] ya di Sulteng saja, tapi 2.700 Ha itu tidak spesifik untuk kakao saja. Cuma intinya kami menunggu nih [berapa total lahan yang dibutuhkan untuk hilirisasi kakao]," kata Jarot saat ditemui di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (4/8/2025).

Tak hanya mendukung hilirisasi kakao, 2.700 Ha lahan itu dalam rencananya juga bakal digunakan untuk mendukung pembangunan kawasan permukiman serta hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Pada saat yang sama, Jarot menegaskan hilirisasi Kakao itu penting dijalankan lantaran memiliki dampak ekonomi yang cukup besar. Lewat hilirisasi, nilai jual dari produksi kakao diklaim dapat dikerek naik hingga 100 kali lipat. 

"Kalau harga kakao itu per biji Rp20.000, maka [dengan hilirisasi] nilai tambahnya bisa 100 kali lebih dari itu. Gede banget dong, bayangkan," pungkasnya.

Berdasarkan catatan Bisnis, Indonesia memang memiliki potensi besar menjadi produsen bahan baku industri pengolahan kakao dunia. Sepanjang tahun lalu saja, industri pengolahan kakao nasional kian mentereng di kancah internasional. 

Hal ini tercermin dari nilai ekspor kakao olahan (HS 18) sebesar US$2,62 miliar atau setara dengan Rp42,69 triliun sepanjang 2024. Capaian tersebut berkontribusi 1,05% terhadap ekspor industri nonmigas. 

Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika mengatakan, nilai ekspor produk kakao olahan tahun sebelumnya mencapai US$1,2 miliar atau setara dengan Rp19,5 triliun dan berkontribusi pada share market global sebesar 3,92%. 

"Kita hampir 70%-80% industri hasil pengolahan kakao ini berturut-turut ekspor hampir ke 100 negara, negara-negara lain memanfaatkan hasil olahan kita, ini dampak yang sangat besar kalau kita bisa dorong industri," kata Putu di Kantor Kemenperin, Rabu (15/1/2025). 

Putu menyebut, kemampuan daya saing industri pengolahan kakao nasional menjadikan Indonesia sebagai eksportir produk kakao olahan terbesar ke-4 di dunia dengan pangsa pasar utama antara lain India, Amerika Serikat, Uni Eropa, China, dan Malaysia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro