Bisnis.com, BALI – Cargill mengungkapkan komitmen membangun ekosistem industri kakao berkelanjutan di Indonesia. Perusahaan tersebut telah menggulirkan program “Cargill Cocoa Primise”.
Selama 10 tahun keberadaannya di Indonesia, Cargill terus berkomitmen membangun ekosistem industri kakao berkelanjutan dari hulu hingga hilir. Lewat program “Cargill Cocoa Promise”, perusahaan telah melakukan kerja sama dengan petani lokal, komunitas, dan pemangku kepentingan industri dalam mengatasi tantangan yang dihadapi sektor kakao di Indonesia.
Dalam program itu, Cargill membantu upaya pengadaan kakao yang bertanggung jawab, memberikan pelatihan dan dukungan kepada para petani, serta meningkatkan mata pencaharian.
Managing Director, Food Solutions Cargill Asia Tenggara Franscesca Kleemans mengatakan bahwa Inisiatif inipun telah mencapai kemajuan signifikan dalam membangun rantai pasokan kakao yang lebih berkelanjutan dan tangguh.
“Dalam merayakan pencapaian ini, kami ingin menegaskan kembali bahwa Cargill berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama kami dengan mitra kami untuk membangun rantai pasokan kakao yang lebih berkelanjutan untuk generasi mendatang,” kata Francesca dalam Konferensi Kakao Internasional Indonesia 2023 di Nusa Dua, Bali, akhir pekan lalu.
Melalui kolaborasi dengan mitra dan praktik berkelanjutan dalam pertanian kakao, Cargill pun telah menjangkau sekitar 25.000 petani di Indonesia dengan pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan kapasitas.
Baca Juga
Hal senada diungkapkan Country Sustainability Lead Cargill Indonesia Talitha Wibisono. Dia mengungkapkan Cargill menerapkan prinsip transparansi kepada mitranya dengan menyediakan infrastruktur digital yang terdepan.
“Selain itu, kami telah mencapai kemajuan dalam mengurangi risiko deforestasi dengan teknologi mutakhir, dimana para petani dapat mengakses transparansi dan menelusuri kakao dengan sistem penelusuran digital,” ujarnya
Melalui program Cargill Cocoa Promise, para petani menerima pelatihan dan program pembinaan “1 on 1” mengenai praktik pertanian dan lingkungan yang baik.
Mereka juga mendapatkan dukungan untuk menjadi wirausaha di bidang agribisnis dengan menjalankan pertanian dan pembibitan kakao yang berkelanjutan, serta memastikan akses yang lebih baik terhadap input pertanian dan pasar yang berkelanjutan.
Cargill optimistis melalui program itu bisa membantu sektor pertanian dan industri kakao Indonesia. Sejauh ini, Indonesia telah dikenal sebagai salah satu produsen biji kakao terbesar di dunia.
Namun, sejumlah tantangan masih dihadapi sektor ini, terutama penurunan produksi kakao di tengah meningkatnya permintaan pasar, hingga kesejahteraan petani.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kakao mengalami tren menurun sejak 2018 hingga 2022, dari yang sebanyak 767.300 ton menjadi 667,300 ton. Penurunan produksi kakao ini di antaranya disebabkan oleh serangan hama dan usia tanaman kakao yang tua sehingga tak lagi produktif.
Hal ini juga yang membuat para petani kakao seolah kurang bergairah hingga akhirnya beralih ke komoditas lain. Sebab, menanam kakao dianggap membutuhkan perawatan yang cukup rumit, serta fluktuasi harga yang menambah beban.