Bisnis.com, JAKARTA -- Kapasitas terpakai pabrik pengolahan kakao Cargill di Indonesia baru 50% dari kapasitas terpasang yang mencapai 70.000 ton per tahun.
Corporate Affairs Director PT Cargill Indonesia Arief Susanto mengatakan utilitas yang belum penuh itu wajar karena pabrik di Gresik, Jawa Timur, itu baru mulai beroperasi akhir 2014.
Kendati demikian, dia berharap produksi biji kakao di dalam negeri terus meningkat sehingga dapat mengisi kebutuhan Cargill pada masa depan.
"Sourcing (sumber bahan baku) kami dari petani di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan," katanya, Jumat (9/9/2016).
Pabrik dengan investasi US$100 juta itu memproduksi bubuk kakao (cocoa powder), kakao cair (cocoa liquor), dan lemak kakao (cocoa butter), merek Gerkens.
Sebanyak 80% dari produksi 35.000 ton tersebut diekspor ke beberapa negara, seperti China dan kawasan Eropa. Dalam laman resminya, Cargill Indonesia menyatakan pelanggan mereka meliputi pabrik pengolah susu, kembang gula, roti, dan pembuat es krim, untuk konsumen di seluruh dunia.