Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina Incar 2,2 Miliar Barel Minyak Blok East Natuna pada 2030

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menargetkan rencana pengembangan sebagian Blok East Natuna dengan potensi 2,2 miliar barel minyak.
Platform offshore migas. Istimewa/SKK Migas
Platform offshore migas. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, BADUNG — PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menargetkan keputusan rencana pengembangan atau plan of developement (PoD) sebagian Blok East Natuna, Lapangan Arwana dan Barakuda dapat ditetapkan pada 2030.

Direktur Utama PHE Wiko Migantoro mengatakan perseroannya saat ini mesti menyelesaikan fase eksplorasi yang cukup panjang setelah hak pengelolaan diberikan kembali kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Mei 2023. Wiko menargetkan masa eksplorasi itu dapat diselesaikan pada 2029.

“Sampai eksplorasi itu kan fasenya cukup panjang, 2029 sudah bisa selesai fase eksplorasinya,” kata Wiko saat ditemui di sela-sela agenda the 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas Industry 2023 (ICIUOG) di Badung, Bali, dikutip Jumat (22/9/2023).

Seperti diketahui blok yang terletak di Pulau Natuna, Kepulauan Riau itu sempat dikembalikan PHE  ke pemerintah untuk dilelang ulang akhir tahun lalu. Belakangan PHE memutuskan hanya mempertahakan dua lapangan, Arwana dan Barakuda, dari blok kaya migas tersebut dan melepas struktur D-Alpha.

Wiko menuturkan dua lapangan yang saat ini dipertahankan PHE relatif mudah untuk dikerjakan dibandingkan dengan keseluruhan Blok East Natuna yang sebelum dilelang ulang masih memasukan struktur D-Alpha. Lapangan yang disebut terakhir itu mengandung CO2 sebesar 70 persen. 

“Kami ambil yang East Natunan-nya, itu prospek minyaknya kan lebih mudah bisa langsung begitu ditemukan bisa langsung direncanakan untuk produksi dan pasar bisa menyerap,” kata dia. 

Adapun, Blok East Natuna diperkirakan menyimpan sumber daya minyak mencapai 2,2 BBO dan gas sebesar 300 BSCF. Potensi sumber daya itu terbentang di atas luasan konsesi 10.484,39 kilometer persegi.

Sebelumnya, Kementerian ESDM resmi menetapkan anak usaha PHE, PT Pertamina East Natuna untuk mengelola Blok East Natuna lewat komitmen investasi awal sebesar US$13 juta atau setara Rp194,5 miliar (asumsi kurs Rp14.968 per dolar AS).

Lewat investasi awal itu, PT Pertamina East Natuna bakal melakukan studi G&G, akuisisi dan pengolahan data seismik 3D dengan luasan 430 kilometer persegi dan 1 pemboran eksplorasi selama 3 tahun pertama.

“Ini sebenarnya cuma lapangan Arwana sama Barakuda, yang di sini yang di D-Alpha itu 70 persen CO2 itu belum,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji di Jakarta, Selasa (30/5/2023).

Keputusan itu diambil Kementerian ESDM lewat acara penandatanganan Kontrak Bagi Hasil Wilayah Kerja (WK) di Gedung Heritage Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (30/5/2023).

“Pertamina akan eksplorasi nanti, setelah itu dokumen terakhir itu penentuan status eksplorasi (PSE) mau dimasukkan ke rencana pengembangan,” kata Tutuka. 

Hampir lima dekade atau sejak ditemukan pada 1973, nasib Blok East Natuna diombang-ambing ketidakjelasan. Lapangan gas raksasa tersebut masih juga belum digarap.

Awalnya, ExxonMobil tertarik menggarapnya dan mendapat hak kelola pada 1980. Akan tetapi, pemerintah menghentikan kontrak pada 2007 karena tak ada perkembangan.

Setahun kemudian, Blok East Natuna diserahkan ke Pertamina. ExxonMobil ikut lagi pada 2010 bersama Total dan Petronas. Posisi Petronas kemudian digantikan oleh PTT Exploration and Production (PTT EP), perusahaan asal Thailand.

Sayangnya, konsorsium itu bubar di tengah jalan. ExxonMobil memutuskan untuk hengkang pada 2017. Alasannya, perusahaan asal Amerika Serikat itu menilai blok itu tidak layak investasi. Mengikuti jejak ExxonMobil, PTT EP juga memutuskan untuk tidak melanjutkan konsorsium bersama Pertamina.

Adapun, tantangan pengembangan Blok East Natuna adalah tingginya kandungan karbondioksida yang mencapai 75 persen sehingga membutuhkan anggaran besar untuk pemisahan CO2 dengan gas bumi.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Blok East Natuna menyimpan potensi sebesar 222 trilion cubic feet (Tcf) dengan potensi gas yang recoverable sebesar 46 Tcf.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper