Bisnis.com, JAKARTA - Kosongnya stok jagung dan kedelai yang tersimpan di BUMN pangan disebut menjadi pemicu naiknya harga kedua komoditas tersebut di pasar rakyat.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengakui stok cadangan jagung dan kedelai di BUMN pangan masih kosong sehingga ini menjadi pekerjaan rumah Bapanas dan Bulog.
“Jagung dan kedelai ini masih kosong. Saya punya PR dengan Ketua [Ketua Komisi IV DPR RI Sudin] bahwa jagung dan kedelai ini juga harus menjadi tugas Bulog di mana Bulog harusnya sudah memiliki cadangan pangan,” kata Arief dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi IV dengan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (13/9/2023).
Dalam paparannya, terungkap bahwa stok jagung untuk cadangan pangan pemerintah di gudang Bulog 0 persen dari total kebutuhan 1.414.064 atau 1,41 juta ton per bulan.
Sementara itu, stok kedelai di gudang Bulog hanya sebanyak 5,58 ton atau 0 persen dari total kebutuhan 212.548 ton per bulan.
Berdasarkan data Panel Harga Bapanas, Rabu (13/9/2023), harga jagung tk peternak naik 0,89 persen menjadi Rp6.790 per kilogram. Harga tertinggi terjadi di Papua sebesar Rp11.950 per kilogram, sedangkan harga terendah di Sulawesi Barat sebesar Rp5.000 per kilogram.
Baca Juga
Lalu, harga kedelai biji kering (impor) naik 0,54 persen menjadi Rp13.010 per kilogram di tingkat pedagang eceran. Harga kedelai tertinggi terjadi di Maluku yakni sebesar Rp16.960 per kilogram sedangkan harga terendah sebesar Rp10.860 per kilogram di D.I. Yogyakarta.
Ketua Komisi IV DPR RI Sudin sebelumnya sempat menyinggung terkait kedelai dan jagung dalam rapat kerja (raker) dengan Menteri Pertanian Rabu pagi (13/9/2023).
Dalam raker tersebut Sudin meminta agar komoditas kedelai tidak dikuasai oleh kartel. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Juli 2023, sebanyak 1,62 juta ton kedelai telah diimpor dari sejumlah negara seperti Vietnam, AS, Inggris, Thailand, Jepang, China, dan Kanada.
Jika melihat pada tahun sebelumnya, Indonesia melakukan impor sebanyak 5,17 juta ton kedelai pada 2018. Lalu, pada 2019, jumlahnya naik menjadi 5,34 juta ton dan pada 2020 turun menjadi 3,59 juta ton. Kemudian pada 2021, jumlahnya meningkat menjadi 5,69 juta ton dan kembali turun menjadi 2,61 juta ton pada 2022.
“Ini kan mencapai 2,5 juta ton impornya,” kata Sudin.
Sementara itu, untuk masalah jagung, Sudin mengaku menerima banyak keluhan dari para peternak kecil di Lampung lantaran harga jagung yang dinilai sangat mahal.
Dia mengatakan, pemerintah bisa saja mempertimbangkan opsi untuk impor jagung guna meredam harga. “Kalau memang jagungnya yang kurang ya jagungnya yang harus diimpor,” usulnya.
Ditemui terpisah, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, neraca pangan yang disusun oleh Bapanas akan menentukan berapa banyak produksi komoditas tersebut, dan berapa banyak yang harus dipenuhi melalui impor.
“Nanti beliau akan menugaskan ke saya, untuk berapa sih cadangan yang akan dibutuhkan segera,” ungkapnya kepada awak media, usai menghadiri rapat dengar pendapat (RDP) Komisi IV dengan Kepala Bapanas di Kompleks Parlemen, Rabu (13/9/2023).