Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri pakan ternak menyebut kenaikan harga jagung sebagai bahan pakan ternak akan berimbas pada kenaikan harga produk perunggasan.
Harga jagung sendiri bakal terkerek imbas puncak kemarau sebagai dampak dari El Nino yang diperkirakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan terjadi pada September, Oktober dan November.
Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Timbul Sihombing menuturkan industri pakan ternak memerlukan terobosan dan inovasi untuk mengatasi lonjakan harga jagung sebagai dampak dari El Nino.
Dia mengungkapkan jagung masih menjadi bahan utama pakan ternak yaitu sekitar 40-50 persen. Dengan demikian, menurutnya, kenaikan harga jagung secara otomatis akan membuat biaya produksi pakan ternak ikut melonjak.
Terlebih pemerintah telah memberlakukan pelarangan impor jagung sejak 2016 lalu. “Faktor itulah yang membuat industri pakan ternak mulai mencari alternatif bahan baku pakan,” tutur Timbul dalam keterangannya pada Selasa (20/6/2023).
Menurutnya, sejak meroketnya harga jagung pada kuartal I/2023 lalu, industri pakan ternak sudah mulai mencari substitusi bahan baku pakan. Dalam pantauan Bisnis di laman resmi Badan Pangan pada Selasa (20/6/2023) pukul 16.53 WIB, harga jagung tk peternak tercatat pada Rp6.330 per kg.
Baca Juga
Dalam mencari subsitusi bahan baku pakan ternak, Timbul menyebut salah satunya dapat dengan memanfaatkan sumber bahan baku alternatif.
“Dua bulan lalu kami dari asosiasi diundang oleh Pemerintah Korea untuk hadir di sana. Mereka memperkenalkan produk lalat hitam sebagai bahan baku pakan ternak. Di sana sudah menjadi industri,” tambah Timbul.
Menurut Abdul, di Korea lalat hitam yang berukuran kecil tersebut diproduksi secara besar. Bahkan kini sudah ada asosiasi yang menaungi industri lalat hitam untuk bahan baku pakan ternak.
Meskipun secara harga, Timbul menyebut lalat hitam tidak dapat dijadikan pengganti jagung karena harganya yang relatif lebih tinggi, tetapi lalat hitam bisa dijadikan substitusi bahan pakan ternak lainnya.
Hal ini dikarenakan lalat hitam memiliki kandungan protein 40-50 persen, maka dapat menjadi substitusi nasi pecah, mie pecah dan biskuit pecah.
“Harganya memang masih mahal sekitar US$3-5 tapi ini bisa menjadi alternatif. Meskipun tidak akan menggantikan bahan baku pakan ternak, tapi bisa menjadi substitusi sebagian,” tutup Timbul.