Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gapki Sebut Harga CPO Makin Mahal hingga Lampaui Minyak Kedelai

Per 20 Februari 2025, harga minyak sawit mencapai US$1.270 per ton. Minyak kedelai hanya US$1.102 per ton.
Kumpulan buah sawit yang telah lepas dari tandan sebelum dikirim ke pabrik kelapa sawit PT Sahabat Mewah dan Makmur, Belitung Timur, Rabu (28/8/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina
Kumpulan buah sawit yang telah lepas dari tandan sebelum dikirim ke pabrik kelapa sawit PT Sahabat Mewah dan Makmur, Belitung Timur, Rabu (28/8/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com JAKARTA —  Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkap harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) terus mengalami kenaikan, bahkan lebih mahal dari minyak kedelai. 

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan harga minyak sawit yang selama ini di bawah harga soft oil, kini telah melambung tinggi. Mukti menyebut harga CPO terus bergerak naik dibandingkan minyak bunga matahari maupun rapeseed.

“Harga minyak sawit atau harga CPO itu sekarang sudah bergerak terus naik, dan sekarang sudah harganya melebihi daripada harga soft oil, dibandingkan dengan bunga matahari, dengan minyak kedelai, sekarang itu lebih tinggi,” kata Mukti dalam acara Editorial Circle ‘Driving responsible growth for palm oil industry’ di UOB Plaza, Jakarta, Selasa (22/4/2025). 

Per 20 Februari 2025, harga minyak sawit mencapai US$1.270 per ton. Harganya lebih tinggi dibandingkan jenis minyak lain seperti minyak kedelai (soybean) yang mencatatkan US$1.102 per ton, minyak bunga matahari (sunflower) US$1.240 per ton, dan minyak rapeseed senilai US$1.149 per ton.

Seiring dengan melonjaknya harga CPO, Mukti menyebut hal ini berdampak pada harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang juga ikut terkerek.

“Jadi sekarang [harga CPO] sudah lebih tinggi. Otomatis karena ini menjadi komoditas perdagangan di dunia, harga TBS yang dijual petani sudah bagus, petani sangat happy dengan lebih dari Rp3.000 per kilogram. Ini bagi kita bagus,” ujarnya.

Namun, Mukti mengatakan kenaikan harga CPO yang sudah mulai bergerak naik memicu beberapa negara konsumen sudah mulai bergerak memproduksi minyak nabati alias minyak sayur. Mereka mencari alternatif sawit maupun bunga matahari.

Di sisi lain, Mukti menuturkan selama enam tahun terakhir produksi minyak sawit dalam negeri relatif stagnan di kisaran 51,2 juta ton—54,8 juta ton. Padahal, konsumsi dalam negeri terus mengalami kenaikan.

Data Gapki menunjukkan, konsumsi dalam negeri untuk sawit terus bergerak naik menjadi 45,22% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya di angka 42,32%. Bahkan, pada 2020, konsumsi minyak sawit dalam negeri hanya 33,63%.

Adapun, kenaikan konsumsi minyak sawit didorong oleh penggunaan biodiesel yang mencapai 11,44 juta ton pada 2024. Angkanya sudah melebihi penggunaan untuk pangan yang mencapai 10,2 juta ton. Secara total, konsumsi minyak sawit dalam negeri mampu mencapai 23,85 juta ton pada 2024.

Sayangnya, total produksi minyak sawit relatif stagnan selama lima tahun terakhir, yakni di kisaran 51,2 juta—54,8 juta ton. Jika menengok periode 2024, produksinya hanya mencapai 52,76 juta ton. Rinciannya, sebanyak 4,59 juta ton produksi Palm Kernel Oil (PKO), sedangkan 48,16 juta ton produksi CPO.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper