Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri China Li Qiang mendesak Uni Eropa untuk menyediakan lingkungan yang tidak diskriminatif bagi perusahaan-perusahaan asal negaranya.
Melansir Reuters, Minggu (10/9/2023), Li yang hadir menggantikan Xi Jinping pada G20 di New Delhi India, menambahkan bahwa Cina bersedia untuk memperkuat dialog dan kerja sama di bidang-bidang seperti energi bersih dan keuangan hijau.
"China dan Uni Eropa harus lebih bersatu dan bekerja sama, dan menggunakan stabilitas hubungan China-Uni Eropa sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian situasi dunia," ujar Li.
Menurutnya, Cina dan Eropa harus bersatu dan bekerja sama dalam menghadapi ketidakpastian global. Pernyataan Li tersebut muncul akibat sikap blok Eropa yang berencana mengurangi ketergantungan komoditas dengan China.
Eropa disebut saat ini bersikap semakin waspada terhadap risiko-risiko keterlibatan China, yang didefinisikan sebagai mitra, pesaing dan "saingan sistemik" mereka sejak 2019.
"Pencegahan risiko tidak menghalangi kerja sama, saling ketergantungan tidak boleh disamakan dengan ketidakamanan," kata Li.
Baca Juga
Pada kesempatan yang sama, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen percaya bahwa China memiliki peran kunci dalam masalah-masalah global termasuk dampak perang Rusia di Ukraina.
“Dalam hal perang, kami berharap China dapat memainkan peran positif dalam mencapai perdamaian yang adil dan abadi di Ukraina,” ujarnya dalam cuitan di akun pribadi @vonderleyen.
Adapun, perhelatan presidensi G20 di India tengah berlangsung pada 9-10 September 2023. Pada hari pertama, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 India, telah menghasilkan menyepakati pernyataan bersama atau leaders declaration.
Poin utama dalam kesepakatan tersebut yaitu mengenai penyelesaian perang di Ukraina oleh Rusia, keamanan pangan, ekonomi dan pasar keuangan, serta isu perubahan iklim di dunia yang semakin panas ini.