Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan pertumbuhan ekonomi untuk wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi yang terendah pada kuartal II/2023.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud menyampaikan untuk kelompok Bali – Nusra sendiri mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,01 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy). Lebih rendah dari kuartal yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 4,01 persen.
Edy menjelaskan, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) NTB bahkan memberikan kontribusi negatif terhadap ekonomi Indonesia, yakni sebesar -0,48 persen (yoy).
“PDRB NTB yang terkontraksi pada kuartal II/2023 ini disebabkan adanya penurunan kegiatan pertambangan dan penggalian, khususnya produksi tembaga,” ujar Edy dalam konferensi pers, Senin (7/8/2023).
Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang mulai melarang ekspor konsentrat tembaga. Namun, khusus untuk PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara mendapat kompensasi hingga 2024.
Namun nyatanya, pada kuartal kedua ini produksi tembaga di NTB terpantau adanya penurunan.
Baca Juga
Lebih lanjut, BPS juga mencatat adanya penurunan dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Utamanya produksi padi yang menurun.
Mengacu data milik BPS, pertumbuhan ekonomi NTB baik secara kuartalan maupun tahunan terkontraksi. Masing-masing sebesar -0,11 persen dan -1,54 persen.
Sementara secara umum, pada kuartal II/2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mencapai 5,17 persen (yoy). Capaian produk domestik bruto (PDB) kuartal II/2023 lebih tinggi dibandingkan kuartal I/2023, yaitu 5,03 persen.
Capaian tersebut menandakan ekonomi Indonesia stabil dan kuat, serta berhasil mempertahankan kinerja di atas 5 persen selama 7 kuartal berturut-turut.
Industri pengolahan tercatat menjadi sektor yang menopang perekonomian Indonesia dengan kontribusi terbesar, yaitu 18,25 persen.
Sementara industri pengolahan dari makanan dan minuman tumbuh 4,62 persen didorong oleh peningkatan produksi CPO [crude palm oil] dan CPKO [crude palm kernel oil] serta peningkatan konsumsi makanan dan minumam saat Idulfitri dan Iduladha.
Industri logam dasar tumbuh paling tinggi, sebesar 11,49 persen, yang didorong oleh peningkatan permintaan ekspor komoditas baja dan fero nikel. Sementara industri alat angkutan tumbuh sebesar 9,66 persen yang didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan luar negeri terutama kendaraan elektrifikasi ramah lingkungan.