Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Juli 2023 secara tahunan kembali melandai ke tingkat 3,08 persen (year-on-year/yoy).
Tingkat inflasi tersebut turun jauh dibandingkan dengan posisi pada Januari 2023 yang sebesar 5,28 persen yoy. Selain itu, tingkat inflasi pada Juli 2023 pun merupakan yang terendah dalam 16 bulan terakhir.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini mengatakan bahwa laju inflasi di dalam negeri menunjukkan tren penurunan secara konsisten sejak Maret 2023.
Pada Juni 2023, inflasi umum tercatat telah kembali ke sasaran target Bank Indonesia (BI), yaitu mencapai 3,52 persen yoy.
“Inflasi tahunan konsisten mengalami penurunan sejak Maret 2023,” kata Pudji dalam konferensi pers, Senin (1/8/2023).
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan Juli 2023 tertinggi tercatat pada sektor transportasi, yaitu sebesar 9,58 persen yoy dengan andil 1,17 persen terhadap inflasi.
Baca Juga
Selanjutnya, inflasi yang tinggi juga tercatat pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 2,03 persen dengan andil 0,39 persen.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga mencatatkan inflasi yang tinggi, sebesar 1,9 persen dengan andil terhadap inflasi 0,51 persen.
Sementara berdasarkan komponennya, Pudji mengatakan bahwa komponen inti secara tahunan tercatat sebesar 2,43 persen dan memberikan andil paling besar terhadap inflasi, 1,57 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil diantaranya tarif kontrak rumah, sewa rumah, emas perhiasan, biaya perguruan tinggi, upah asisten rumah tangga, dan biaya sekolah SD.
Inflasi komponen harga yang diatur pemerintah masih tercatat tinggi pada level 8,42 persen, tapi menunjukkan tren perlambatan sejak Januari 2023.
Komoditas yang menyumbang inflasi, yaitu bensin, rokok kretek filter, tarif angkutan dalam kota, bahan bakar rumah tangga, rokok putih, tarif angkutan antar kota, rokok kretek, dan solar.
Di sisi lain, inflasi komponen harga bergejolak mencatatkan deflasi sebesar 0,03 persen yoy, dengan komoditas penyumbangnya cabai merah, bawang merah, cabai rawit, dan minyak goreng.