Bisnis.com, JAKARTA — Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa memperkirakan lebih dari 100.000 ton beras terancam mengalami penurunan mutu dan kualitas (disposal) di tahun ini. Kondisi itu berpotensi membuat negara rugi hingga Rp1,2 triliun.
Andreas mengatakan saat ini Perum Bulog tengah menghadapi persoalan yang besar terkait dengan stok beras. Menurutnya, sebanyak 100.000 ton beras disposal itu berasal dari beras impor sisa tahun lalu dan gabah at any quality yang diserap Perum Bulog.
Pasalnya, ungkap dia, para penggilingan padi melaporkan bahwa gudang filial bulog dipenuhi dengan tumpukan beras. Dia mengkhawatirkan tumpukan beras itu justru akan merugikan negara.
“Jadi hati-hati nih pemerintah. Kalau 100.000 ton [beras disposal] saja, negara dirugikan Rp1,2 triliun [dari beras disposal]. Harus diingat itu kan ya,” kata Andreas dalam Diskusi Publik bertajuk Paradoks Kebijakan Hulu-Hilir Perberasan Nasional di Kantor Ombudsman, Jakarta, Selasa (26/8/2025).
Berdasarkan kalkulasinya, lebih dari 100.000 ton beras terancam disposal pada 2025. Dia menjelaskan, beras disposal ini mengacu pada beras yang tak bisa digunakan sesuai dengan fungsi awal, yakni untuk konsumsi masyarakat.
“Tapi karena kualitasnya sudah sedemikian buruk dan tidak bisa lagi dikonsumsi, ya otomatis kan itu istilahnya disposal. Disposal itu bukan berarti langsung beras tersebut dibuang, enggaklah,” ujarnya.
Baca Juga
Dia menjelaskan, beras disposal ini bisa digunakan untuk pakan ternak, sehingga harga jualnya akan lebih rendah. Alhasil, beras disposal tersebut tidak bisa lagi digunakan sesuai dengan tujuan semula.
Namun, lanjut dia, beras untuk pakan ternak juga memiliki persyaratan tersendiri, seperti belum terkontaminasi oleh zat aflatoksin.
Selain itu, Andreas menyebut penyerapan gabah at any quality oleh Bulog juga menjadi permasalahan lantaran sangat berpengaruh terhadap beras yang dihasilkan.
“Sehingga ada dua sumber disposal nanti. Sumber pertama adalah beras sisa impor yang umurnya sudah di atas satu tahun. Dan sumber kedua adalah beras hasil pengolahan gabah yang any quality,” tuturnya.
Beras Bulog Numpuk
Dalam catatan Bisnis, Perum Bulog mengakui pihaknya masih memiliki stok cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 194.100 ton dengan usia di atas 1 tahun alias pada 2024 silam.
Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal menuturkan sebanyak 194.100 ton CBP yang berusia 1 tahun itu merupakan pengadaan di tahun lalu. Rizal juga mengungkap usia simpan CBP di atas 6 bulan mencapai 1,18 juta ton atau setara 30,3% dari total stok di gudang Bulog.
“Usia [simpan CBP] yang di atas satu tahun adalah 194.100,84 ton, yang mana usia yang lebih satu tahun adalah pengadaan tahun lalu, tahun 2024,” kata Rizal dalam Rapat Kerja dengan Menteri Pertanian, Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Dirut Bulog di Komisi IV, Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (21/8/2025).
Secara terperinci, stok beras yang disimpan di gudang Bulog dengan usia 1 bulan mencapai 318.996,35 ton. Kemudian, sebanyak 1.068.920,07 ton CBP dengan usia simpan 2–3 bulan.
Kemudian, stok CBP di gudang Bulog tertinggi mencapai 1,33 juta ton yang berusia 4–6 bulan. “Yang paling banyak adalah di usia 4–6 bulan, ini adalah 1.337.678.91 ton, dan usia 7–12 bulan ini adalah 993.481,53 ton,” bebernya.