Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertahankan Kinerja Bagus Manufaktur, Pengusaha Minta Pemerintah Terus Kendalikan Inflasi

Inflasi bukan satu-satunya instrumen yang perlu dikendalikan untuk mempertahankan tren positif kinerja manufaktur Indonesia.
Ilustrasi kegiatan industri manufaktur/Reuters
Ilustrasi kegiatan industri manufaktur/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Dunia usaha meminta pemerintah untuk terus mengendalikan tingkat inflasi guna mempertahankan kinerja industri manufaktur nasional di jalur positif.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan penurunan tekanan dari inflasi baru-baru ini meningkatkan keberanian pelaku usaha melakukan ekspansi.

“Dengan inflasi yang lebih terkendali, pemerintah membantu pelaku usaha meningkatkan efisiensi biaya usaha. Khususnya, untuk energi, logistik, suku bunga, serta tenaga kerja,” kata Shinta kepada Bisnis, Senin (3/7/2023).

Dengan demikian, sambungnya, tingkat kepercayaan diri dunia usaha melakukan ekspansi produksi bisa lebih tinggi, meskipun kendala pertumbuhan permintaan global masih banyak.

Hal tersebut tercermin dari laporan S&P Global yang mencatat Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia naik ke level 52,5 pada Juni 2023. Naik 2,2 poin dari Mei 2023 dengan angka 50,3.

Senada, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Manufaktur pada Juni 2023 sebesar 53,93. Naik 3,03 poin dari bulan sebelumnya, yakni 50,90.

Berdasarkan kondisi di lapangan, kata Shinta, kenaikan PMI Manufaktur sebagian disebabkan karena 2 faktor utama. Pertama, permintaan terhadap produk dari periode sebelumnya yang menumpuk.

Kedua, peningkatan permintaan baru pada masa lebur-libur domestik. Salah duanya libur Idul Adha serta libur sekolah yang disinyalir menjadi tuas pengerek konsumsi domestik.

Namun, inflasi bukan satu-satunya instrumen yang perlu dikendalikan untuk mempertahankan tren positif kinerja manufaktur Tanah Air.

Pengusaha, kata Shinta, melihat pemerintah perlu memperketat supervisi impor barang konsumsi, serta peningkatan disiplin penegakan hukum untuk memperkecil kebocoran impor.

Selain itu, perlu pula penguatan kapabilitas intelijen perdagangan dan kemampuan dalam melakukan excercise trade remedies. Terutama mengantisipasi tuduhan dumping dan subsidi dagang dari negara lain.

Dengan kata lain, dunia usaha melhat pekerjaan rumah pemerintah dalam mempertahankan catatan ekspansif industri manufaktur RI masih banyak. Sebab, masih ada tugas peningkatan kualitas produk dan efektivitas upaya promosi yang perlu dioptimalkan.

Terpisah, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita pemerintah bertekad fokus menjalankan kebijakan-kebijakan strategis yang mendukung untuk mempertahankan kinerja positif industri manufaktur.

“Seperti menjaga ketersediaan bahan baku dan energi, perluasan pasar, pengoptimalan produk dalam negeri, serta substitusi impor,” kata Agus.

Dia menambahkan, PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2023 mampu melampui negara-negara Asean lainnya dengan rerata 51 poin.

Meliputi, Malaysia 47,7, Myanmar 50,4, Filipina 50,9, Taiwan 44,8, Vietnam 46,2, Jepang 49,8, China 50,5, Korea Selatan 47,8, Inggris 46,2, dan Prancis 45,5.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper