Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id : Gugatan China ke WTO hingga Dilema Harga Rumah Subsidi

Berita tentang gugatan China ke WTO terkait kebijakan larangan ekspor bauksit Indonesia bersama berita lainnya menjadi pilihan editor BisnisIndonesia.id.
Ilustrasi top 5. Sumber: Canva
Ilustrasi top 5. Sumber: Canva

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah mengaku siap menghadapi risiko gugatan yang mungkin muncul dari China akibat larangan ekspor bauksit. Terlebih, pelarangan ekspor bijih bauksit tersebut penting dilakukan untuk mendorong penghiliran di dalam negeri.

Berita tentang gugatan China ke WTO terkait kebijakan larangan ekspor bauksit Indonesia menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Kamis (22/6/2023):

1. Kala Larangan Ekspor Bauksit RI Dibayangi Gugatan China ke WTO

Kebijakan pemerintah melarang ekspor bauksit yang diberlakukan sejak 10 Juni 2023 berpotensi mendatangkan gugatan dari China, mitra dagang utama Indonesia untuk komoditas tambang mineral tersebut.

Sama halnya seperti yang terjadi saat pemerintah melarang ekspor bijih nikel pada 1 Januari 2020, negara-negara importir di Uni Eropa menggugat Indonesia ke organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization/WTO).

Di sisi lain, minat investasi dan progres pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit di dalam negeri tidak setinggi investasi pada pengolahan nikel. Kalaupun ada investor yang tertarik membangun smelter bauksit di Indonesia, mayoritas berasal dari Negeri Panda itu. 

Salah satunya, Shandong Nanshan Aluminium Limited yang diketahui akan memperluas pabrik aluminanya di Pulau Bintan dengan membangun kompleks peleburan aluminium senilai US$6 miliar pada 2028.

2. Sektor Saham yang Diberkahi BI Tahan Suku Bunga

Peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia dan Federal Reserve diperkirakan telah mendekati puncak. Analis melihat terdapat beberapa sektor yang akan menikmati hal ini.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menuturkan posisi suku bunga BI dan Federal Reserve telah mendekati puncak. Selain itu, jika inflasi semakin terkendali, Pandhu melihat terdapat kemungkinan pemangkasan suku bunga untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

"Mungkin yang perlu diperhatikan adalah tren pelemahan rupiah beberapa pekan terakhir terimbas dari capital outflow, terkait turunnya harga komoditas yang dapat menekan neraca perdagangan setelah sejak 2 tahun terakhir menjadi faktor utama kuatnya nilai tukar rupiah," kata Pandu, Rabu (21/6/2023).

Menurutnya, jika pelemahan terus berlanjut, bisa saja BI kembali menaikkan suku bunga untuk menahan capital outflow.

 

3. Membaca Langkah BI Jelang Tren Pelonggaran Moneter

Bank Indonesia perlu meramu strategi untuk menghidupkan sektor riil yang belum sepenuhnya pulih di tengah proyeksi penurunan suku bunga acuan pada tahun ini.

Perlambatan laju kenaikan suku bunga acuan menjadi titik harapan bagi pelaku usaha untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja ekonomi sektor riil. Dengan dukungan indikator ekonomi seperti inflasi yang terus membaik, pertumbuhan ekonomi RI tahun ini bakal terakselerasi.   

Terkait hal itu, ekonom menilai BI perlu kembali mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen usai rapat dewan gubernur pada 21-22 Juni.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyampaikan hal ini mempertimbangkan tiga faktor. Pertama, laju inflasi yang terkendali. Per Mei 2023, tingkat inflasi turun ke kisaran atas target BI, yaitu mencapai 4 persen secara tahunan, serta inflasi inti yang masih terkendali.

“Tingkat inflasi tahunan pada Mei turun menjadi 4 persen, mencapai kisaran atas dari target BI lebih cepat dari yang diharapkan. Tingkat inflasi turun tipis dari 4,33 persen sebulan sebelumnya,” katanya, Rabu (21/6/2023).

 

4. Harap-Harap Cemas Freeport Menanti Izin Ekspor Tembaga

Keputusan pemerintah yang akhirnya memberikan lampu hijau perpanjangan ekspor konsentrat tembaga, salah satunya kepada PT Freeport Indonesia (PTFI) sejatinya menjadi angin segar bagi perusahaan asal Amerika Serikat itu.

Ibarat adanya penyumbatan dalam sebuah alur, izin ekspor konsentrat tembaga dapat memperlancar proses produksi perusahaan yang mengoperasikan tambang Grasberg di Papua itu.

Namun, PTFI mengaku tak kunjung mengantongi izin penjualan konsentrat tembaga ke luar negeri. Itu sebabnya, Freeport tidak dapat menjual konsentrat tembaga sejak 10 Juni 2023 selepas ekspor disetop, meskipun sudah mendapatkan kuota relaksasi ekspor sebanyak 2,4 juta ton selama Maret—Juni 2023.

Dampaknya, stok konsentrat tembaga Freeport kian menumpuk, terlebih alokasi konsentrat tembaga yang semestinya dapat dikirim sementara untuk PT Smelting juga terhenti. Alasannya, pabrik pengolahan yang juga dimiliki PTFI itu dalam masa perawatan selama 75 hari.

A picture containing text, screenshot, cartoonDescription automatically generated

5. Dilema Harga Baru Rumah Subsidi: Tekanan MBR & Berkah Pengembang

Harga rumah subsidi yang akan mengalami kenaikan sebentar lagi membawa beban persoalan tersendiri bagi para pembeli khususnya kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Pasalnya, rumah subsidi hanya bisa dimiliki oleh kalangan tertentu. Adapun batasan penghasilan untuk memiliki rumah bersubsidi adalah maksimum Rp8 juta hingga Rp10 juta per bulan sesuai dengan zonasi untuk pasangan yang sudah menikah, sedangkan batasan penghasilan rumah subsidi yang belum menikah atau single maksimum Rp7 juta dan merupakan rumah pertama. Oleh karena itu, jika memiliki penghasilan di atas ketentuan maka tidak bisa membeli rumah subsidi ini. 

Rumah subsidi memang menjadi salah satu pilihan favorit para pencari hunian dengan jumlah penghasilan tertentu. Sesuai dengan namanya, pembeli rumah ini mendapatkan bantuan dari pemerintah sehingga bisa mendapatkan rumah dengan harga miring atau harga yang jauh lebih murah dibandingkan rumah komersial. Hal inilah yang membuat harga rumah subsidi diatur oleh pemerintah.   

Kenaikan harga rumah subsidi ini tentu akan membuat kalangan MBR akan merogoh kocek dalam untuk menyicil KPR subsidi setiap bulannya. 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper