Bisnis.com, JAKARTA – Sentimen ekonomi global pekan ini diwarnai oleh penantian terhadap keputusan bank sentral AS Federal Reserve. The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan setelah memulai kampanye pengetatan moneter 15 bulan lalu.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (12/6/2023), rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 13-14 Juni 2023 diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 5 - 5,25 persen, setelah 10 kali kenaikan berturut-turut sejak Maret tahun lalu.
Meskipun upaya-upaya para pejabat telah membantu mengurangi tekanan-tekanan harga dalam perekonomian AS, inflasi masih jauh di atas target mereka.
Di sisi lain, fokus investor akan tertuju pada pembaruan proyeksi kenaikan suku bunga atau dot plot The Fed dalam Ringkasan Proyeksi Ekonomi. Dot plot the Fed diperkirakan menunjukkan rata-rata suku bunga acuan kebijakan berada di 5,1 persen pada akhir 2023.
Sebaliknya, pasar memperkirakan kemungkinan kenaikan 25 basis poin pada bulan Juli yang diikuti oleh pemangkasan yang sama pada bulan Desember. Selain itu, sejumlah pejabat The Fed telah menekankan bahwa jeda dalam siklus kenaikan seharusnya tidak dilihat sebagai kenaikan terakhir.
Ketua Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell juga diperkirakan memilih jeda kenaikan suku bunga untuk menilai dampak dari langkah di masa lalu dan kegagalan perbankan terhadap kondisi kredit dan ekonomi.
Baca Juga
Komentar Powell dalam konferensi pers setelah rapat FOMC akan dicermati untuk mendapatkan petunjuk tentang rencana The Fed pada pertemuan berikutnya bulan depan.
Tim ekonom Bloomberg Economics mengatakan perbedaan pendapat antara anggota FOMC semakin terlihat. Mereka yang lebih memilih untuk mempertahankan suku bunga pada bulan Juni ingin bersikap wait and see untuk melihat bagaimana kenaikan suku bunga sebesar 500 basis poin hingga saat ini mendinginkan perekonomian.
“Lebih banyak anggota yang lebih hawkish yakin bahwa suku bunga belum cukup ketat, dan the Fed seharusnya tidak mengambil risiko. Kami melihat 'lompatan hawkish' sebagai cara untuk mempertahankan kebulatan suara dalam FOMC," ungkap mereka.
The Fed masih akan memantau data inflasi yang dirilis pada Slasa (13/6) sebagai bahan pertimbangan kebijakan moneter. Meskipun bank sentral menargetkan inflasi yang terpisah untuk target 2 persen mereka, laporan inflasi yang diawasi secara ketat diperkirakan akan menunjukkan tekanan harga yang masih kuat.
Inflasi inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, diperkirakan naik 0,4 persen month-on-month (mom). Hal ini akan menandai bulan keenam berturut-turut di mana inflasi inti telah meningkat sebanyak itu atau lebih, dan membantu menjelaskan mengapa suku bunga mungkin akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Kenaikan bulanan sebesar itu telah menyulitkan angka inflasi utama untuk turun dengan cepat. Inflasi inti tahunan diperkirakan mencapai 5,2 persen, laju paling lambat sejak November 2021.
Sementara itu, inflasi secara keseluruhan diproyeksikan turun menjadi 4,1 persen. Meskipun masih sangat tinggi, inflasi yang secara bertahap melandai memberikan ruang bagi bank sentral untuk memberi jeda pengetatan kebijakan moneter.