Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung Terancam Ditunda, Ada Apa?

Kemenhub dan sejumlah konsultan disebutkan menyarankan operasi komersial Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) diundur hingga Januari 2024. Apa alasannya?
Kereta Api Cepat Jakarta Bandung (KCJB). ANTARA/HO-PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Kereta Api Cepat Jakarta Bandung (KCJB). ANTARA/HO-PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan sejumlah konsultan disebutkan menyarankan operasi komersial Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) diundur hingga Januari 2024 mendatang. Padahal, KCJB sebelumnya ditargetkan sudah dapat beroperasi secara komersil pada Agustus 2023.

Dalam laporan bertajuk “Progress Update” tertanggal 14 Mei 2023 yang dikutip dari pemberitaan Reuters.com pada Kamis (8/6/2023), menyebutkan, konsorsium China dalam PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menginginkan seluruh sertifikat kelayakan operasi penuh dikeluarkan untuk KCJB. 

Di sisi lain, laporan tersebut juga mengatakan proses konstruksi pada stasiun-stasiun KCJB belum rampung sepenuhnya. Seiring dengan hal tersebut, Kemenhub dan tiga konsultan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yaitu Mott Macdonald, PwC, dan firma hukum Umbra merekomendasikan operasi komersial dilakukan pada Januari 2024.

"Ada risiko target operasi komersial pada Agustus bisa tertunda untuk menyelesaikan semua pekerjaan konstruksi hingga 31 Desember," demikian kutipan laporan itu dari Reuters.com, Kamis (8/6/2023).

Laporan tersebut juga mengatakan, kebutuhan modal kerja KCJB juga terhambat dengan adanya proses restrukturisasi finansial untuk PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

Berdasarkan catatan Bisnis, WIKA tercatat memiliki saham sebesar 39,11 persen. Adapun, WIKA disebutkan telah mengakumulasikan pembayaran outstanding sebesar US$381,75 juta.

Corporate Secretary WIKA, Mahendra Vijaya, mengatakan, perseroan memiliki kemampuan finansial untuk menyelesaikan sisa pekerjaan. Meski demikian, WIKA juga meminta konsorsium untuk membayar konstruksi yang telah rampung.

Dalam laporan lain tertanggal 18 Mei 2023, Indonesia dan China disebutkan masih menegosiasikan besaran bunga untuk pinjaman US$560 juta. Indonesia disebutkan meminta bunga sebesar 2,8 persen untuk porsi pinjaman dalam denominasi yuan. 

Angka tersebut lebih rendah dari tawaran China Development Bank (CDB) yang menawarkan bunga pinjaman sebesar 3,46 persen.

Adapun, kemungkinan penundaan lebih lanjut dan perincian lainnya dalam kedua dokumen tersebut sebelumnya belum pernah dilaporkan.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Septian Hario Seto mengatakan, negosiasi bunga pinjaman utang tersebut masih terus berlangsung dengan CDB.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper