Bisnis.com, JAKARTA – Mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS bersama pejabat regulator nuklir meminta Departemen Energi AS agar kembali mempertimbangkan rencana pemanfaatan uranium berkekuatan bom dalam percobaan tenaga nuklir.
Menurut mereka, hal tersebut dapat memicu negara lain melakukan hal yang serupa.
Melansir Reuters pada Rabu (31/5/2023), Departemen Energi dan dua perusahaan berencana memulai percobaan Molten Chloride Reactor Experiment (MCRE) di Laboratorium Nasional Idaho.
Percobaan tersebut menggunakan lebih dari 600 kg bahan bakar yang mengandung sekitar 93 persen uranium.
Kedua perusahaan lain tersebut adalah TerraPower LLC yang didukung Bill Gates dan perusahaan Utilitas Southern Co.. Mereka menargetkan bahwa percobaan yang berlangsung selama enam bulan ini dapat berbuah dan berhasil mengurangi polusi yang berdampak terhadap perubahan iklim.
Meski demikian, sekelompok mantan anggota Komisi Regulasi Nuklir, termasuk mantan Ketua Allison Macfarlane dan asisten menteri luar negeri AS yang bertanggung jawab atas nonproliferasi menyebutkan bahwa MCRE bisa menjadi alasan bagi negara lain untuk memperkaya uranium, sehingga bisa mencapai mengejar reaktor baru.
Baca Juga
"Kerusakan terhadap keamanan nasional dapat melebihi potensi keuntungan dari teknologi energi yang sangat spekulatif ini," kata para ahli dalam sebuah surat kepada para pejabat Departemen Energi.
Mereka khawatir jika eksperimen tersebut bisa meningkatkan risiko bagi para militan yang ingin membuat senjata nuklir.
Desain MCRE dapat dikonversi untuk menggunakan uranium yang diperkaya tingkat rendah sehingga menimbulkan penundaan dan meningkatkan biaya, tetapi biaya lainnya dapat dihemat, seperti keamanan.
Departemen Energi mengatakan bahwa uranium yang sangat diperkaya (HEU) diperlukan untuk menjaga ukuran reaktor eksperimental tetap kecil. Jika uranium dengan kemurnian hanya 20 persen digunakan, inti reaktor harus berukuran tiga kali lebih tinggi, tiga kali lebih lebar, dan mengandung 40 kali volume garam bahan bakar. Setelah percobaan selesai, reaktor akan dinonaktifkan dan dipindahkan.
"Sangat mengejutkan bahwa Departemen Energi, bahkan tanpa memberi tahu publik, akan merusak kebijakan bipartisan AS yang telah berusia puluhan tahun untuk mencegah penyebaran senjata nuklir," kata Alan Kuperman, seorang profesor di LBJ School of Public Affairs di Universitas Texas.
TerraPower mengatakan bahwa reaktor yang sedang dikembangkan di laboratorium negara bagian Washington yang disebut Reaktor Cepat Klorida Cair, menggunakan bahan bakar yang jauh lebih murni dari uranium yang diperkaya hingga 20 persen.
"Tidak akan pernah ada produk komersial dari TerraPower yang menggunakan HEU," kata juru bicara tersebut.