Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) bakal menerapkan pembelian Solar subsidi sepenuhnya lewat skema full registran sebagai langkah awal pelaksanaan skema full QR di 234 kabupaten atau kota serentak, termasuk Jakarta, mulai Kamis (25/5/2023).
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, pihaknya telah menyiapkan seluruh infrastruktur digital serta posko pendaftaran langsung Subsidi Tepat di stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) yang menjalankan skema pengetatan pembelian BBM subsidi tersebut.
Skema full registran adalah skema di mana kendaraan konsumen yang sudah terdaftar dapat melakukan pembelian BBM Solar meskipun tidak membawa QR code, sedangkan yang belum terdaftar tidak dapat dilayani.
Selanjutnya, untuk skema full QR, konsumen wajib menunjukan scan QR code ketika melakukan transaksi pembelian BBM bersubsidi .
“Untuk Jakarta besok akan diberlakukan full registran untuk produk Solar subsidi. Artinya, masyarakat yang sudah terdaftar tidak perlu khawatir, akan tetap dilayani meskipun terlupa atau tidak membawa QR code-nya,” kata Irto saat dihubungi, Rabu (24/5/2023).
Irto mengatakan, pelaksanaan pembelian Solar subsidi lewat skema full registran ini bakal terus dievaluasi secara berkala nantinya.
Baca Juga
Sementara itu, Irto mengatakan, pembelian BBM subsidi jenis Pertalite masih belum dibatasi lewat skema full QR code. Dia mengatakan, skema pembelian Pertalite lewat sistem digital itu masih diujicoba secara terbatas di empat wilayah, yakni Aceh, Bangka Belitung, Bengkulu dan Timika.
“Pertalite belum, sementara masih uji coba. Paralel kami juga masih menunggu revisi Perpres 191/2014 [tentang niaga dan distribusi BBM],” kata dia.
Adapun, Pertamina Patra Niaga mencatat lebih dari 6,8 juta kendaraan telah terdaftar di website Subsidi Tepat hingga pertengahan bulan ini.
Sebelumnya, Pertamina mengingatkan masyarakat bahwa pendaftaran Program Subsidi Tepat masih terus berlangsung. Pertamina berharap masyarakat dapat melakukan pendaftaran program Subsidi Tepat melalui website subsiditepat.mypertamina.id, aplikasi MyPertamina atau datang langsung ke SPBU.
Sementara itu, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengkhawatirkan tren pertumbuhan konsumsi BBM bersubsidi yang berada di rentang 5 persen hingga 10 persen tahun ini.
Berdasarkan hitung-hitungan BPH Migas bersama dengan Kementerian ESDM, skenario pertumbuhan tertinggi konsumsi Jenis BBM Tertentu (JBT) Solar pada tahun ini diproyeksikan mencapai 10 persen dari realisasi konsumsi tahun sebelumnya di level 18,08 juta kiloliter (kl).
Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman mengatakan, tingginya skenario pertumbuhan konsumsi JBT itu tidak diikuti dengan penambahan alokasi kuota untuk tahun ini. Kuota Solar untuk tahun ini diberikan sebesar 17,5 juta kl atau turun 4,47 persen dari alokasi 2022 di level 18,32 juta kl.
“Sudah kuotanya turun kemudian kita juga menghadapi pertumbuhan dari realisasi tahun kemarin,” kata Saleh saat dihubungi Bisnis, Selasa (14/2/2023).
Adapun, pemerintah menetapkan alokasi kuota JBKP Pertalite sebesar 32,56 juta kl untuk kebutuhan 2023. Alokasi itu naik 8,8 persen dari kuota yang ditetapkan pada 2022 di level 29,91 juta kl.
Berdasarkan catatan BPH Migas, hingga 12 Februari 2023, realisasi penyaluran JBT Solar sudah mencapai 1,71 juta kl atau sekitar 10 persen dari total kuota yang diberikan tahun ini sebesar 17,50 juta kl.
Sementara itu, realisasi penyaluran JBKP Pertalite sudah mencapai 3,44 juta kl atau 11 persen dari keseluruhan kuota tahun ini yang ditetapkan di level 32,56 juta kl.