Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Maret 2023 Diproyeksi Naik, Dipicu Ramadan dan Kenaikan Harga Makanan

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi pada Maret 2023 akan naik lantaran dipicu dua faktor berikut ini.
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menggelar pemantauan harga di Pasar Johar dan Superindo Imam Bonjol. /Bisnis - M. Faisal Nur Ikhsan
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menggelar pemantauan harga di Pasar Johar dan Superindo Imam Bonjol. /Bisnis - M. Faisal Nur Ikhsan

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi pada Maret 2023, yang bertepatan dengan momen awal Ramadan, akan mengalami kenaikan 0,5-0,7 persen secara bulanan atau month-to-month (mtm). 

Faisal melihat inflasi bulanan akan meningkat secara musiman selama perhelatan Ramadan yang sebagian besar didorong oleh kenaikan harga makanan, perhotelan, perjalanan, restoran, dan layanan rekreasi.

“Secara historis, inflasi meningkat sebesar 0,5 – 0,7 persen [mtm] selama periode tersebut, dengan kontribusi makanan sekitar 0,4 – 0,5 ppt, dan jasa transportasi berkontribusi sekitar 0,2 – 0,3 ppt,” ujarnya, Jumat (31/3/2023). 

Faisal menjelaskan bahwa hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga pangan seiring dengan menguatnya permintaan pangan selama bulan puasa. 

Sementara itu, dia memperkirakan pasokan pangan dinilai cukup. Namun, stok pangan rawan terbatas di tengah masa panen yang belum mencapai puncaknya, dan cuaca ekstrem.

Di sisi lain, harga BBM jenis Pertamax naik Rp500 per liter pada 23 Maret, dan harga jasa transportasi, khususnya tarif angkutan udara, naik sebulan menjelang mudik lebaran 2023.

Meski diproyeksikan lebih tinggi dari capaian Februari 2023, sebesar 0,16 persen (mtm), dirinya memperkirakan inflasi tahunan akan kembali ke dalam kisaran target pada semester kedua 2023.

Faisal juga memproyeksikan bahwa inflasi tahun berjalan atau year-to-date (ytd) akan cukup melambat di posisi 0,79 persen, bila dibandingkan dengan 20222 yang mencapai 1,2 persen ytd. 

“Kami melihat Inflasi tahunan akan terus menurun ke depannya tetapi diperkirakan akan tetap berada di atas kisaran target 2 – 4 persen [yoy], setidaknya hingga paruh pertama 2023,” tambahnya. 

Sementara itu, inflasi baru akan berada pada kisaran 4 – 6 persen (yoy) pada semester pertama 2023 sebelum menurun menuju kisaran sasaran pada semester kedua di tengah low base effect dari semester pertama 2022. 

Hal itu juga karena dampak putaran kedua dari kenaikan harga BBM bersubsidi pada September 2022 lalu, namun efeknya akan hilang pada semester kedua 2023.

"Kami mempertahankan perkiraan inflasi di sekitar level 3,60 persen pada akhir 2023," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper