Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai ada sejumlah faktor yang dapat memengaruhi peran Tunjangan Hari Raya (THR) dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2023.
Faktor pertama, kata Yusuf, adalah inflasi. Menurutnya, tingginya inflasi berisiko menekan daya beli masyarakat, meski suatu individu mendapatkan penghasilan tambahan dari pembagian THR.
“Namun, ketika inflasi di satu bersamaan juga tinggi, tentu ini akan menekan daya beli dari individu tersebut sehingga prospek terhadap perekonomian secara keseluruhan itu berisiko akan tertekan,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (28/3/2023).
Akan tetapi, Yusuf mengatakan jika kenaikan level inflasi tidak terjadi secara signifikan, pembagian atau pemberian THR akan cukup signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi terutama pada kuartal kedua tahun ini.
Dia menambahkan faktor lain yang ikut menentukan sejauh mana THR berdampak terhadap perekonomian adalah pergerakan harga komoditas. Yusuf menyatakan bahwa kenaikan harga komoditas juga bertalian erat dengan inflasi.
“Kalau harga komoditas tinggi, ini akan berdampak terhadap kenaikan harga produksi di dalam negeri. Ini juga tentu menekan daya beli masyarakat secara umum dan muaranya akan berdampak terhadap tertekannya perekonomian, terutama di kuartal II/2023,” tuturnya.
Baca Juga
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam Economic Outlook, Interim Report March 2023 memperkirakan inflasi Indonesia tahun ini mencapai 4,1 persen.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan target Bank Indonesia (BI) di kisaran 3 persen dan asumsi dasar ekonomi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 sebesar 3,6 persen.
Menurut OECD, secara umum inflasi memang relatif bisa dikendalikan seiring dengan berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah. Namun, kewaspadaan masih perlu dikedepankan. Salah satunya menjaga pergerakan harga energi dan pangan serta memperkuat dukungan fiskal.