Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memproyeksikan kondisi inflasi saat Ramadan dapat menyentuh 6 persen, mengingat harga bahan makanan seperti beras dan minyak goreng yang tergolong volatile food menjadi pemain penting dalam stabilitas inflasi di dalam negeri.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan bahwa inflasi untuk Ramadan dan Idulfitri 2023 memiliki kondisi yang lebih kompleks, bahkan dibandingkan saat puncak pandemi Covid-19.
“Proyeksi inflasi di momen Ramadan dapat berada dikisaran 5,8-6,7 persen yoy. Bisa dibilang inflasi tertinggi sejak 2013 lalu,” ujarnya, Senin (13/3/2023).
Kondisi tersebut akibat terjadinya cost push inflation dan demand pull inflation di tengah harga minyak goreng mulai naik dan disaat yang bersamaan harga beras juga melonjak ke rata-rata kisaran Rp13.250 per kilogram (kg).
Sementara bila melihat data dalam Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan (Kemendag), harga beras medium telah berada di level Rp11.800 per kg. Harga Minyakita di posisi Rp15.100 per liter, padahal bila sesuai acuan seharusnya di harga Rp14.000/liter.
Lebih lanjut, Bhima mengatakan bahwa inflasi dari sisi pasokan jelas terlihat dengan masalah pupuk, dan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) yang berdampak ke biaya logistik. Sementara dari sisi permintaan terdapat lonjakan paska mobilitas masyarakat longgar dan konsumsi masyarakat juga dipicu adanya faktor musiman (seasonal).
Baca Juga
Menurutnya, inflasi dapat melonjak ke angka 6,7 persen bila pengendalian inflasi di hulu oleh pemerintah tidak efektif. Meski pemerintah merencanakan bantuan sosial (bansos) pangan bagi keluarga penerima manfaat, Bhima melihat langkha tersebut hanya akan mencegah naiknya angka kemiskinan, bukan inflasi.
“Logika-nya bansos pangan hanya menyasar 40 persen kelompok pengeluaran terbawah, sementara kenaikan harga pangan butuh intervensi di hulu seperti kenaikan anggaran pupuk, dan mendorong kepatuhan DMO Minyakita,” ujarnya.
Di sisi lain, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman justru melihat inflasi masih akan tetap di atas 5 persen, namun tidak akan mencapai 6 persen. Inflasi Ramadan tahun ini pun akan terjadi karena memang adanya faktor seasonal.
“Secara seasonal inflasi memang akan naik pada periode puasa dan lebaran,” katanya, Senin (13/3/2023).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada Februari 2023 mencapai 5,47 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, utamanya kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 7,23 persen.