Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BlackRock: Proyeksi Pasar Salah Soal Gerak Suku Bunga The Fed

BlackRock mengungkapkan The Fed berlawanan dengan proyeksi pelaku pasar dengan tetap menaikkan suku bunga acuan meskipun ada kekhawatiran akan krisis perbankan.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan manajemen aset terbesar di dunia BlackRock mengungkapkan Federal Reserve (The Fed) bergerak berlawanan dengan proyeksi pelaku pasar dengan tetap menaikkan suku bunga acuan meskipun masih ada kekhawatiran akan krisis perbankan.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (28/3/2023), BlackRock memilih obligasi yang terkait dengan inflasi, yang menawarkan perlindungan dari kenaikan harga. Hal ini karena perusahaan memandang bahwa pasar salah dalam memperkirakan penurunan suku bunga acuan AS dalam waktu dekat karena ekonomi sedang menuju resesi.

Analis BlackRock Investment Institute mengatakan situasi ini berbeda karena The Fed dan bank sentral lainnya menjelaskan bahwa masalah yang menghantui sektor perbankan tidak akan menghentikan perjuangan mereka melawan inflasi.

"Kami tidak melihat adanya penurunan suku bunga tahun ini, hal tersebut adalah aturan lama ketika bank-bank sentral akan bergegas untuk menyelamatkan ekonomi ketika resesi melanda," kata tims analis Blackrock, termasuk Wei Li.

Para analis melihat melihat fase baru yang lebih bernuansa dalam mengendalikan inflasi di masa depan dengan lebih sedikit langkah kenaikan suku bunga, namun tetap tidak ada penurunan suku bunga.

Pandangan berbeda oleh BlackRock bertentangan dengan pandangan TD Securities dan DoubleLine Capital LP, yang mengatakan the Fed keliru tentang perlunya terus menaikkan suku bunga karena risiko resesi meningkat.

Runtuhnya beberapa bank AS dan Credit Suisse Group AG bulan ini memaksa pemikiran ulang secara global mengenai prospek kebijakan moneter, sekaligus memicu perubahan terbesar imbal hasil obligasi Treasury dalam lebih dari satu dekade. 

Imbal hasil surat utang AS bertenor dua tahun merupakan salah satu instrumen yang paling sensitif terhadap perubahan kebijakan bank sentral. Imbal hasil obligasi ini melonjak pada hari Senin dari level terendah tahun ini karena kekhawatiran terhadap sektor perbankan mereda.

Meskipun para investor telah kembali memperkirakan the Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin pada bulan Mei, mereka juga bertaruh bahwa pasar belum sepenuhnya keluar dari masalah, dan mungkin akan ada pelonggaran sebesar 75 basis poin pada akhir tahun.

Imbal hasil Treasury bertenor dua tahun turun kembali enam basis poin menjadi 3,93 persen di Asia pada hari Selasa. 

Data ekonomi baru-baru ini memberikan kepercayaan pada pandangan BlackRock bahwa The Fed mungkin cenderung mengabaikan betapa kerasnya laju inflasi karena pasar tenaga kerja yang ketat.

Indeks harga konsumen inti AS naik pada Februari, sementara riset dari the Fed New York menemukan bahwa inflasi tampaknya akan bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

"Kami pikir the Fed hanya dapat memberikan penurunan suku bunga yang telah diperhitungkan oleh pasar jika krisis kredit yang lebih serius terjadi dan menyebabkan resesi yang lebih dalam dari yang kami perkirakan," lanjut ahli strategi BlackRock.

Saat ini, perusahaan sedang mempertahankan posisi underweight di ekuitas pasar negara maju untuk mencerminkan pandangan pasarnya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper