Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi sebesar 0,16 persen pada Februari 2022 (month-to-month/mtm). Inflasi terjadi akibat kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
"Komoditas penyumbang inflasi mtm terbesar adalah beras, rokok kretek filter, bawang merah, cabai merah, dan rokok putih," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (1/3/2023).
Lebih lanjut, kelompok penyumbang deflasi, yaitu tarif angkutan udara.
Adapun secara tahunan, angka inflasi Februari 2023 menjadi 5,47 persen dan 0,5 persen sepanjang tahun berjalan.
BPS juga mengumumkan data nasional bahwa dari 63 kota yang mengalami inflasi, 37 di antaranya melaporkan inflasi di atas rata-rata nasional. Sementara itu, pada saat yg sama 27 kota mengalami deflasi.
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan inflasi secaca bulanan pada Februari 2023 melambat dibandingkan dengan Januari 2023, atau menjadi 0,08 persen mtm. .
Baca Juga
“Perlambatan inflasi ini cenderung didorong oleh deflasi pada harga barang bergejolak dan juga barang yang diatur oleh pemerintah,” katanya, Selasa (1/3/2023).
Josua menjelaskan, deflasi pada barang bergejolak atau volatile food terefleksi dari penurunan harga rata-rata beberapa bahan pangan, seperti daging ayam, telur, dan juga cabai rawit, masing-masing sebesar -4,38 persen, -3,37 persen, dan -7,15 persen.
Sementara itu, dari sisi harga barang yang diatur pemerintah, deflasi terjadi karena harga tiket pesawat yang cenderung mengalami penurunan akibat musim liburan yang sudah usai dan permintaan cenderung turun.
Pada kesempatan berbeda, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan tingkat inflasi pada Februari 2023 mencapai 0,02 persen secara bulanan. Sementara secara tahunan, inflasi diperkirakan 5,32 persen.
“Terjadinya inflasi seiring dengan kenaikan pada beberapa kelompok barang, seperti bahan bakar non subsidi, beras, bawang merah, dan bawang putih,” jelasnya.