Bisnis.com, JAKARTA – Distribusi barang pangan dinilai menjadi salah satu tantangan bagi pemerintah dalam mengendalikan inflasi jelang bulan Ramadan dan Hari Besar Idulfitri pada April mendatang.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai pengawasan pemerintah terhadap barang pangan strategis tersebut akan menjadi esensial dalam mendorong inflasi untuk tidak terlampau meningkat pada bulan Ramadan.
Pasalnya, beberapa komoditas pangan, seperti cabai sangat bergantung pada iklim cuaca. Ketika cuaca cenderung hujan secara berkepanjangan maka ada potensi gagal panen, yang pada gilirannya mendorong kenaikan harga cabai.
“Pemetaan permintaan terhadap pangan strategis dalam beberapa bulan ke depan perlu dilakukan pemerintah sejak sekarang,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (20/2/2023).
Menurutnya, hal tersebut untuk memastikan bahwa distribusi barang pangan berjalan lancar, terutama di daerah-daerah dengan potensi kenaikan harga-harga pangan.
Sampai dengan saat ini, Yusuf belum dapat memproyeksikan tingkat inflasi jelang Ramadan dan Idulfitri. Namun, sepanjang tahun ini, dia memperkirakan inflasi akan berada di kisaran 2 persen hingga 3 persen secara tahunan.
Baca Juga
Dari sisi pemerintah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis tingkat inflasi di dalam negeri dapat terjaga pada kisaran 2 hingga 4 persen pada 2023.
Menurut Airlangga, laju inflasi di Indonesia relatif jauh lebih baik dibandingkan dengan negara lain, misalnya dengan negara Eropa yang inflasinya mencapai lebih dari 9 persen, Amerika Serikat sekitar 8 persen, hingga Argentina dan Turki yang mencapai di atas 50 persen.
Adapun, tingkat inflasi Indonesia pada akhir 2022 mencapai 5,51 persen. Laju inflasi tersebut melanjutkan tren penurunannya pada Januari 2023 yang mencapai 5,28 persen secara tahunan.
“Perkembangan tersebut tidak terlepas dari extra effort pemerintah pusat dan daerah, Bank Indonesia, serta mitra strategis Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah,” katanya.