Bisnis.com, JAKARTA — Institut Supply Chain Indonesia (ISLI) optimistis biaya logistik tahun ini bisa lebih rendah dari persentase saat ini 24 persen.
Ketua Umum ISLI Tommy Perdana menjelaskan penurunan tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal, di antaranya sinkronisasi kebijakan yang mulai berjalan, liberalisasi perdagangan serta pengembangan SDM dan penggunaan teknologi digital dalam sistem logistik di Tanah Air.
“Sekarang semua dari kementerian terkait seperti Kemenko Perekonomian, Bappenas dan kementerian yang terkait di sektor logistik sedang dalam tahap akhir merumuskan kembali biaya logistik tahun ini, dan kelihatannya bakal lebih kecil dari sebelumnya sebesar 24 persen,” ujarnya di Jakarta, Kamis, (2/2/2023).
Menurutnya, ketiga hal tersebut memberikan implikasi yang besar terutama bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Pemain sektor logistik bisa menciptakan potensi pendapatan yang lebih besar melalui pengiriman barang domestik mapun ke luar negeri.
Dia menuturkan sektor logistik digital bisa memainkan peranannya melalui sistem National Logistic Ecosystem (NLE).
Kendati demikian, persoalan logistik tidak hanya menakar mengenai efisiensi. Di sisi lain, diperlukan modal kepercayaan pada level mikro dan makro.
Baca Juga
ISLI akan memberikan masukan kepada pemerintah maupun industri terkait sektor ini. Misalnya, terkait dengan implementasi multimoda hingga pemanfaatan teknologi terapan yang efisien yang berlaku efektif secara global.
ISLI merupakan perkumpulan profesi dengan fokus utama pada mata rantai dan pasok industri. Beranggotakan lebih dari 200 orang, saat ini ISLI masih didominasi kalangan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Sebelumnya ISLI menggelar rapat kerja untuk program tiga tahun mendatang. Rapat kerja yang digelar di Jakarta itu tidak hanya menakar perkembangan kebijakan mata rantai dan pasok industri dari pemerintah melainkan juga menampung aspirasi dari kalangan Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) serta pelaku lain di sektor ini.